5 Tips & Trik Lolos Seleksi Tuan Rumah Sarnas/ Kongnas

Hiya, hiya, hiya! Ketemu lagi sama Kang Opel yang akhir-akhir ini punya masalah dengan timbangan yang (lagi-lagi) sulit menurunkan angka yang tertera. Pffftt! Setiap sudah diniatkan mau olahraga pasti terhalang banyak hal. Dulu mau olahraga kudu beli smartwatchrunning shoes, dan celana pendek. Giliran udah punya alat-alat yang dibutuhkan, eh, kaki kena masalah dan harus dioperasi. Setelah sembuh? Yaa udah males lagi, deh! Hehehe...

By the way, gue minta maaf banget kalo postingan blog ini terlambat sekitar dua mingguan karena kondisi pasca operasi dan kesibukan kantor yang tiada henti. Sekarang gue kembali lagi masih dengan topik yang sama yaitu Road to National Congress pt.3 dengan isi 'Tips dan Trik Lolos Seleksi Tuan Rumah Acara Nasional!'. Yeaay, mana tepuk tangannya?! Prok... Prok... Prok...

Sedikit opini aja, sih. Nyatanya, nggak gampang, loh buat terpilih menjadi tuan rumah acara Kongres ataupun Sarasehan Nasional FORKOMPI. To be honest, kalian harus melawan daerah-daerah lain yang juga berambisi untuk menjadi tempat tujuan berkumpulnya delegasi mahasiswa dari seluruh penjuru di event terbesar Poltekkes Kemenkes se-Indonesia ini. Apalagi acara besar ini hanya  diadakan dua kali dalam setahun. Gimana nggak rebutan?

Tapi, berhasil menjadi tuan rumah acara nasional belum tentu berhasil menghasilkan kesan yang baik di hati semua delegasinya. Faktanya, apapun yang terjadi sepanjang acara akan terus diingat oleh setiap delegasi, baik ataupun buruk yang tuan rumah lakukan, pasti nggak akan dilupa. Jelas, semua itu akan jadi pelajaran yang sangat berguna untuk acara selanjutnya. Iya, memang tidak ada yang sempurna selama itu masih dilakukan oleh tangan manusia, tapi kami (delegasi) tidak mencari kesempurnaan, namun sedikit rasa nyaman, aman, tepat waktu, dan acara yang teratur bisa menjadi nilai yang lebih untuk tuan rumah.

So, dengan pengalaman hadir SEPULUH KALI di acara Nasional FORKOMPI (Semarang, Jakarta, Makassar, Denpasar, Yogyakarta, Bandung, Lampung, Aceh, Bengkulu, dan Semarang) dan belum ada yang mengalahkan rekor itu sampai hari ini, akhirnya gue merangkum beberapa hal yang mungkin bisa kalian terapkan jika kalian ingin mencalonkan diri sebagai Tuan Rumah dan bagaimana bersikap sebagai Tuan Rumah yang baik (di postingan berikutnya).

Hope you enjoy this articel, let's check this out!


1. Persiapkan Semuanya Jauh-jauh Bulan

Wait, bukan jauh-jauh hari? BUKAN! Gini, ada banyak banget hal yang harus kalian persiapkan untuk maju sebagai calon tuan rumah dan itu nggak cukup seminggu atau dua minggu. Contohnya? Seperti diskusi dengan seluruh civitas akademik di internal masing-masing kampus, gambaran teknis pelaksanaan, perkiraan jarak penginapan - kampus, ketersediaan SDM, perkiraan biaya registrasi, fasilitas dan lain sebagainya yang akan dijadikan draft untuk disampaikan secara JELAS di Kongres Nasional. 

Sarasehan Nasional Lampung 2016 (Doc. Pribadi)
Gengs, kalo kalian pikir apa yang disampaikan di Kongres itu hanyalah gambaran kasar kegiatan, itu salah. Yang tepat apa? Yaa, yang kalian promosikan di Kongres itu adalah draft proposal dengan konsep acara yang matang namun masih terbuka untuk didiskusikan. Ngerti nggak? Nggak? Intinya, yang harus kalian siapkan untuk promosi di Kongres itu sama seperti yang harus disiapkan oleh Tuan Rumah pada umumnya. Harus mantap, jelas, dan nggak mentah! Oleh karena itu, semua harus disiapkan jauh-jauh bulan. Jika kalian asal-asalan memasukkan konsep dan kenyataannya nggak sesuai dengan apa yang dipromosikan di awal, artinya kalian tidak konsisten dengan kesepakatan di awal.


2. Pastikan Ada Penunjang Dana/ Fasilitas

Bro, nggak jarang dana yang harus keluar di acara besar ini totalnya mencapai diatas seratus juta rupiah. Delegasi nggak mau tahu kalian dapat uang itu dari mana. Mereka cuma mau pelayanan yang sesuai dengan harga yang mereka bayar. Jadi, kalian harus menyiasati semua hal itu dengan mencari sponsor, mengalokasikan dana DIPA, fund rising, atau mengandalkan dana internal organisasi kalian sendiri. Bebas! Semampunya kalian saja. Yang penting terpenuhi.

Selain soal dana, kalian boleh banget menjalin kerjasama dengan pemerintah setempat. Seperti yang dilakukan beberapa tuan rumah belakangan ini. Ada yang mengundang gubernur, walikota, bahkan sampai diizinkan memakai fasilitas mereka. Enak? Banget! Intinya, usahakan semaksimal mungkin ada yang bisa kalian dapatkan dari mereka. Yakin nggak mau bantu? Skala nasional, loh!

Kongres Naisonal Aceh 2016 (Doc. Pribadi)
Jika sudah, sampaikan itu kepada Nusantara bahwa kalian memiliki rekanan sponsor dan didukung oleh pemerintah setempat. Sungguh, itu menjadi nilai yang sangat plus karena bisa bertemu dengan pejabat yang cukup berpengaruh atau diizinkan menggunakan fasilitas mereka (hitung-hitung sebagai bentuk pengembangan potensi wisata di daerah tersebut), atau bisa juga perwakilan dari pejabat daerah tersebut yang membuka acara nasional ini. What an honor!


3. Usahakan Sudah Paham dengan Isi Kegiatannya!

Jadi gini, kebanyakan orang-orang yang pingin Poltekkes-nya jadi tuan rumah adalah senior-senior yang sudah tingkat 3 yang sebentar lagi bakal demisioner dan wisuda dari kampusnya. Jadi harapan itu dibebankan kepada adik-adiknya. Pertanyaannya adalah, sudahkan kalian didik dan kalian ikutsertakan adik-adik kalian ke acara nasional itu secara langsung wahai para senior yang budiman? 

Jangan cuma ngambil enaknya aja sambil berkoar-koar "dulu saya yang inisiasi" atau "aku loh yang menangin poltekkes kita jadi tuan rumah". Jangan begitu! Dibimbing itu adik-adik kalian. Ajak mereka dari awal buat pergi ke nasional dan melihat secara langsung kegiatan di sana. Jangan kamu malah pulang-pulang langsung ngelempar amanah seenak jidat terus menghilang dengan alasan 'mau fokus karena udah tingkat tiga.' Halah! Tipu kamu, Maz!

Kongres Nasional Bandung 2015 (Doc. Pribadi)
Menyiasati ketidaktahuan panitia akan acara tersebut, bisa diakali dengan menjadi delegasi sebelumnya yang sudah pernah mengikuti kegiatan nasional sebagai Ketua Pelaksana/ Ketua Acara Nasional tersebut. Jangan mau enak aja, pergi kesana kemari tapi giliran Poltekkes-nya jadi Tuan Rumah dia malah kabur! Padahal dia yang paling mengerti karena pernah hadir langsung di kegiatan itu. Selain itu, berdayakan seluruh senior dan alumni yang juga pernah datang ke nasional. Wajib. Tolong diperhatikan, ya!

Jika sudah paham, ketika promosi di depan Nusantara nanti adik-adiknya nggak akan bingung jika mendapat pertanyaan dari rekan-rekan delegasi yang lain. Soal teknis, meskipun tentative namun wajib menguasi, termasuk konsep acara dan semua hal yang ada di dalamnya. Oke? Pokoknya yang menyampaikan harus sudah mengerti lahir dan bathin.


4. Perhatikan Batas Maksimal Biaya Registrasi!

Dulu, ada tuan rumah yang menetapkan biaya registrasi hampir satu juta rupiah. Kemudian dengan banyak pertimbangan, saya mengambil langkah untuk menentukan batas maksimal biaya registrasi tersebut, menjadi berkisar Rp. 800.000,- hingga Rp. 850.000,-. Tidak kurang dan tidak lebih. Namun ternyata, masih ada beberapa Tuan Rumah yang 'bandel' menerapkan biaya registrasi diatas angka tersebut.

Sebenarnya alasan utama Tuan Rumah menetapkan biaya setinggi itu karena 'disini semua mahal' atau 'sudah dicari alternatif tapi nggak ada yang murah' atau 'malu kalo ngasih yang murah-murah ke delegasi.' Oalah, jadi karena gengsi atau apa? Atau dipaksa Rektorat harus ngasih yang mahal-mahal apa gimana?

Jadi, perlu diingat ya teman-teman, kita ini mau BEMUSYAWARAH BUKAN BERWISATA. Hal ini sudah menjadi fokus para 'Jas Merah' (Purna Sekretaris Jenderal dan Wakil Sekretaris Jenderal seluruh periode) sebenarnya. Ini 'jalan-jalan berkedok musyawarah' atau bagaimana? Yang bikin mahal itu biasanya apa? hotel? Yaa, kenapa harus hotel? Kalo ada alternatif wisma atau guest house, lebih baik pilih itu dibanding hotel. Toh, delegasi juga bakal jarang tidur karena waktu mereka habis buat begadang di ruang sidang.

Contoh saja Denpasar ketika menjadi tuan rumah Kongres Nasional Denpasar 2014. Mereka menyewa hotel murah dengan ukuran kamar yang nggak seberapa untuk diisi empat orang delegasi (idealnya dua) dengan harga Rp. 100.000,- /malam. See? Itu Bali, loh! Satu kamar bisa diisi beberapa orang, asal kita bisa koordinasi dulu dengan pihak penginapan. Ini soal seberapa mau si panitia itu menyiasati semua kemungkinan yang ada. Enggak berdasar gengsi semata! Yaa, lain cerita kalo memang sudah tidak ada pilihan lagi, ya. Delegasi memang senang-senang aja dikaish penginapan bagus, tapi belum tentu pandangan orang lain.

Kongres Nasional Denpasar 2014 (Doc. Pribadi)
Selain itu tempat wisata nggak perlu yang mewah-mewah dengan biaya masuk yang mahal. Dan nggak harus juga dilakukan seharian penuh. Buat apa, sih? Kecuali wisatanya sambil edukasi atau pengabdian masyarakat. Kalo Cuma sambil jalan-jalan kayaknya nggak etis di tempat yang terlalu bagus sampai berjam-jam perjalanan. Esensi acara Kongres dan Sarasehan Nasional bukan seperti itu. Jangan sampai menomorduakan agenda utama, apalagi sampai men-cut acara utama (sidang, dll) dengan jalan-jalan. TER-LA-LU!


5. Sampaikan dengan Media yang Menarik!

Jika semua persiapan yang dilakukan sudah tertera di dalam draft, sekarang saatnya untuk mempromosikan itu ke depan Nusantara. Tipsnya gimana? Gampang! Gunakan video interaktif yang menarik, jangan PPT belaka. Usahakan memuat profile kampus, sarana dan prasarana yang ada sampai profil tentang daerah yang dipromosikan!

Gunakan juga tagline kota tersebut, oleh-oleh dan budaya khas yang ada di sana Bagus di visual, harus bagus juga di audio. Pilih speaker terbaik untuk mempromosikan daerah kalian. Yaa, jangan malah delegasi yang terbata-bata, pemalu, apalagi tremor yang kalian suruh maju. Fatal! BIG NO!

Sampaikan dengan tegas, yakin, dan katakan segala macam KEUNTUNGAN yang bisa mereka dapatkan dan rasakan selama berada di kota kalian. Tunjukkan juga keramahan para panitia (anggota organisasi) melalui video tersebut.

Sudah semua tips dan trik yang harus dilakukan agar lolos seleksi Tuan Rumah Kongres atau Sarasehan Nasional FORKOMPI. Sisanya tinggal berdoa. Semoga berhasil!

Sarasehan Nasional Yogyakarta 2015 (Doc. Pribadi)

XOXO

6 Tips dan Trick Lolos Kaderisasi Pengurus Tahap Akhir!


Oke, ini dia postingan yang paling kalian tunggu-tunggu! Kang Opel bakalan tepat janji untuk ngebahas segala macam hal yang perlu kalian ketahui dan persiapkan menjelang Kongres Nasional tahun ini. Jadi, nggak perlu nunggu lama-lama lagi, langsung aja kita mulai Road to National Congress pt. 2 tentang Tips dan Trik Lolos Kaderasasi Pengurus Tahap Akhir Forum Komunikasi Mahasiswa Poltekkes Kemenkes se-Indonesia! Check this out!


Jadi guys, setelah lolos tahap administrasi bukan berarti hidup lu damai sentosa, ya. Justru hal terberatnya sudah di depan mata. Ya, Kongres Nasional itu sendiri! Tempat lu berjuang mendapatkan kursi dan bersaing dengan delegasi lain yang juga menginginkan tempat yang sama! Pertumpahan darah yang nyata! Hahaha... Bercanda. "Organisasi itu bukan kompetisi", kata seseorang yang juga punya nama besar di Poltekkes Kemenkes se-Indonesia. Yap, setuju. Ini soal memenangkan kepercayaan, karena organisasi tidak boleh berambisi untuk menang!

Hal yang paling penting di sini adalah, ketika orasi/ seleksi langsung di hadapan Nusantara dan Sekretaris Jenderal nanti, essay yang sudah kalian buat itu tydac akan banyak membantu kalian. Yes, baby, hadapilah dunia itu sendiri.

Have no fear, Kang Opel is here!

Tenang, kalian bisa memanfaatkan tulisan di bawah ini untuk membuat strategi menjelang Kongres Nasional nanti. Disimak baik-baik, ya. Jangan lupa kasih tahu teman yang lain!


1. Memiliki Track Record yang Baik di Internal

Sebetulnya ini syarat yang sangat mutlak untuk mempermulus jalan lu menjadi pengurus di nasional. Jujur aja deh, kalian pasti punya teman di organisasi internal baik itu senior atau junior yang kinerjanya minus banget tapi ngambis buat jadi pengurus di organisasi nasional. Ada? Pasti banyak! Saking banyaknya, sampai nggak kelihatan lagi mana yang track record-nya bagus dan yang track record-nya minus sampai lapisan bumi paling bawah!


Mereka di internal disuruh rapat nggak datang, tapi pas hari H acara tiba-tiba muncul kayak penunggu rawa-rawa. Alasan segudang. Tugas nggak dikerjain. Tapi begitu ada proposal acara nasional, dia yang paling berisik ngajuin itu ke rektorat. Booomm...! Ambisius! Gue mencium bau orang pingin jalan-jalan nih kayaknya.

Tapi nasional semakin pintar sekarang. Saran aja buat kalian semua yang baca (pengurus FORKOMPI atau bukan) agar lebih menyaring dan menyeleksi lagi track record siapapun yang mendaftar kaderisasi. Tanyakan secara personal kepada Presiden Mahasiswa atau rekan terkait di institusi mereka masing-masing, bagaimana kinerja Si A atau Si B. Jika kalian punya track record yang baik di internal, ini akan menjadi salah satu faktor kesuksesan kalian mengambil kursi di Nasional. Kenapa? Karena dukungan berupa kesan positif datang dari mana-mana. Asal kesan baiknya bukan tipu tipu aja, ya!

So, jangan takut untuk memberikan keterangan asli bagaimana sikap dan kinerja si A atau si B di internal. Antisipasi itu nggak ada ruginya. Daripada ditutup-tutupin nanti malu sendiri. Contohnya udah banyak, sih. Mungkin kalian aja yang tydac tahu. Hehehe...


2. Pilih jabatan yang masuk akal!

Gimana maksudnya? Gini, pernah suatu ketika di sebuah acara nasional gue bertanya random ke delegasi (non pengurus) yang datang. Kurang lebih kayak begini...

Gue : “mau ngambil jabatan apa di nasional?”
Idealis 1 : “Saya mau jadi sekjend, kang!”
Gue : “Ohhh...”

Gue tanya lagi dong ke yang lainnya.

Gue : “Mas, adiknya mau jadi apa di nasional?”
Idealis 2 : “ Dia kusiapkan buat jadi Sekjend!”
Gue : “Ohhh....”

Ternyata eh ternyata saudara-saudaraku sekalian, jangankan jadi Sekretaris Jenderal, orang-orang itu langsung gagal, kalah di orasi untuk jadi pengurus biasa! Jadi kemana mimpi besarnya tadi, ya? Apakah hanya mimpi di siang bolong atau tong kosong nyaring bunyinya saja? Gue jadi bingung sendiri.


Bro, maap-maap nih, poin ini bukan untuk mematikan pikiran idealis, ambisi, atau motivasi kalian. Cuma yang gue ingin tekankan di sini, emang lu udah ngapain kok bisa ngimpi setinggi itu? Kalo kalian mau tahu, semua Sekretaris Jenderal yang pernah menjabat enggak ada tuh yang ambisius di awal mau langsung duduk manjah di atas puncak. Kami semua mulai dari bawah!

a. Irchas Eko Wilantara : Koordinator Daerah 2011/ 2012 Sekretaris Jenderal 2012/ 2013
b. Suswendy Eka Putra : Koordinator Kominfo 2012/ 2013 → Sekretaris Jenderal 2013/ 2014
c. Novel Firmansyah : Koordinator Kominfo 2013/ 2014 → Sekretaris Jenderal 2014/ 2015
d. Moch Reky Gumilar : Koordinator Kominfo 2014/ 2015 → Sekretaris Jenderal 2015/ 2016
e. Dara Aza S : Koordinator Wilayah 3 2015/ 2016 → Sekretaris Jenderal 2016/ 2017
f. Rizcar Raditieas : Koordinator PEMAS 2016/ 2017 → Sekretaris Jenderal 2017/ 2018

Nah, jelas, kan? Semua itu ada pendakiannya dulu, dari dasar gunung baru ke puncak gunung! Bukannya baru datang, nggak bawa bekal apa-apa, tiba-tiba pingin sampai puncak. Salah! Itu namanya elu salah asuhan di internal. Nanti yang malu siapa? Ya, elu sendiri!

To be honest, gue ketawa sih menyaksikan orang-orang yang kebelet banget mengajukan sistem Calon Sekretaris Jenderal itu bisa dari mana aja tanpa harus jadi pengurus dulu. Alasannya apa? Karena sistem itu juga dianut organisasi nasional lain? Haha... Gue nggak komentar, deh. Cuma bisa berpesan, emang berbahaya kalo ngandelin ambisi semata tanpa melihat kapasitas, pengalaman dan pemahaman. Soale risikonya besar, bung!


Sekarang lihat kapasitas diri lu sendiri dulu. Apa iya sanggup ngambil jabatan tinggi kayak Koordinator Bidang atau Koordinator Wilayah? Bandingkan dengan pembagian waktu yang lu punya. Gimana akademik lu kalo lu ngambil jabatan tinggi yang nanti bikin lu sibuk? Itu harus dipikirin! Jangan kebanyakan mau tapi nggak sesuai kapasitas. Jangan kebanyakan gaya kalo akhirnya nanti lu nggak bisa. Yang ideal-ideal aja. Yang penting kerjaan beres, senior dan alumni bangga, institusi lu namanya tetap baik dan lu punya nama yang baik pula di nasional!


3. Pahami Jabatan yang Dipilih!

Ini dia, satu hal yang nggak kalah penting. Maunya jabatan tinggi, tapi nggak ngerti apa yang harus dikerjain. Yang penting apa? Yang penting eksis bosque ~

Serius, nggak jarang gue temui orang-orang yang nyalon jadi pengurus itu nggak ngerti gimana kerjaan mereka nantinya. Contohnya begini , anggaplah Si A mau jadi Koordinator Bidangm lalu dia orasi di depan Sekretaris Jenderal...

“Saya akan bersungguh-sungguh menjalankan tugas saya, meski saat ini saya belum mengerti betul tupoksi saya, tapi saya akan belajar dan terus belajar...”

FATAL.

Mungkin maksud si A mau humble, merendah gitu, ya. Tapi dia salah tempat. Yang namanya lagi mempromosikan diri, ya lu harus ‘jual diri’ lu sebaik-baiknya. Kalo maksud lu mau humble dengan merendah agar orang lain terkesima ya elu salah banget! Gue nggak mengajarkan sombong, tapi lu sebagai anak organisasi harusnya paham gimana mempromosikan diri lu, bagaimana memberikan kesan kalo lu udah memahami dan memiliki pengetahuan yang layak untuk anggota bidang lu nantinya!

Ini bukan cerita komik yang semua-semua berjalan sesuai keingin pemeran utamanya.

 

Jadi pernah ada kejadian seorang Koordinator Bidang di salah satu periode itu jarang ikut rapat sama anggota bidang wilayahnya. Nyusun progja juga nggak ikut. Munculnya juga jarang-jarang. Pas ditanya kenapa, jawabannya “Saya berpikir kalo anak-anak saya lebih pintar dari saya, jadi saya serahkan saja ke mereka”

Aneh, kan? Koordinatornya ngerasa nggak lebih pintar dari anggotanya? Ini dunia udah jungkir balik apa gimana, sih? Akibat ambisius sama jabatan tinggi tapi nggak paham sama tupoksi, semuanya jadi berantakan. Padahal, bidang-bidang dan semua posisi yang ada saat ini merupakan struktur resapan yang sudah ada dari periode sebelumnya, hanya sudah dimodifikasi saja. Otomatis, kalian bisa belajar ke almuni-alumni yang pernah menjadi pengurus di divisi yang kalian inginkan untuk menambah ilmu dan pemahaman yang lebih baik lagi. Gampang, kan? Emangnya kepada siapa lagi kalian mencari ilmu kalo bukan ke orang-orang yang sudah menjalaninya lebih dulu?


4. Inovasi atau Mati!

Saat orasi nanti di depan Sekretaris Jenderal, ada baiknya lu nyiapin inovasi untuk jabatan yang lu pilih. Yes, apalah artinya lu ada di situ tapi pikiran lu nggak lebih maju dari pengurus sebelumnya. Apapun itu, sekecil apapun, inovasi tetap sebuah inovasi. Buah pikiran murni yang pasti bakal dihargai.


Kaderisasi jelas untuk mencari SDM yang lebih baik, bukannya malah mengalami kemunduran atau stuck ditempat. Organisasi lu butuh berkembang, butuh yang namanya naik ke level yang lebih tinggi. Jadi mulai sekarang siapkan semua yang lu rencanakan untuk kedepannya, tanya ke semua pihak yang pernah menjabat di posisi yang lu mau. Apa kurangnya? Apa yang harus dirubah? Gimana prosesnya? Pikirkan jalan keluarnya! Itu namanya inovasi!


5. Punya nyali untuk bersaing!

Ada nih, orang mau ngambil jabatan tapi pas disuruh orasi di depan Sekretaris Jenderal malah leyeh-leyeh, ngomongnya gagap, belom lagi pas tahu lawannya punya public speaking yang bagus, nyalinya langsung ciut!


Fix, kamu belum baca tips Public Speaking ala Kang Opel klik disini juragan!

Selain public speaking yang baik, bahasa tubuh dan intonasi juga penting. Maksud gue, jangan belum apa-apa lu udah gemeteran duluan. Apalagi cengar cengir nggak jelas, mata kemana-kemana nggak fokus, duh! Yang model begini kalo keterima jadi pengurus terus LPJ-an lalu dihantam sama Nusantara bisa-bisa nangis nanti. Apa? Gue terlalu berlebihan? Bro, udah banyak pengurus yang habis LPJ-an nangis di belakang. Elu kagak tahu aja. Tahunya mengkritisi aja, sih. Cobain jadi pengurus, bro! Hahaha...

So, sebelum lu LPJ-an, mental lu diuji dulu di orasi calon pengurus ini. Inget, yang tegas, fokus, jawab apa adanya, tepat sasaran, kasih inovasi, jangan cemberut, jangan gemetar, jangan terbata-bata! Kalian sedang mencoba meyakinkan Nusantara dan Orang Nomor Satu di Organisasi Nasional. Hadapi dengan jiwa yang kuat!


6. Berkelakuan Baik Sepanjang Acara

Yang terakhir dan nggak kalah penting adalah jaga sikap dan kelakuanmu sepanjang acara berlangsung. Gimana caranya?

5 Don't
1. Jangan sombong ngomong kesana kemari mau ambil jabatan ini dan itu
2. Jangan ribet di sidang tata tertib dengan interupsi tanda baca yang nggak penting
3. Jangan menjelek-jelekan delegasi yang juga menginginkan jabatan yang sama
4. Jangan emosi selama sidang, jangan nyolot, jangan ngotot, jangan banyak ngeluh
5. JANGAN TIDUR SELAMA DI RUANG SIDANG!


5 Do
1. Berbaur dengan siapa saja baik itu pengurus atau delegasi lain
2. Dekati pengurus, tanya banyak hal, diskusi dengan mereka
3. Selalu keluarkan ide-ide positif dan kreatif selama persidangan dan sidang komisi
4. Apresiasi LPJ pengurus sebelum mengkritik atau mengevaluasi mereka
5. Senyum, sopan, santun, salam dan sapa.