5 Tips & Trik Lolos Seleksi Tuan Rumah Sarnas/ Kongnas

Hiya, hiya, hiya! Ketemu lagi sama Kang Opel yang akhir-akhir ini punya masalah dengan timbangan yang (lagi-lagi) sulit menurunkan angka yang tertera. Pffftt! Setiap sudah diniatkan mau olahraga pasti terhalang banyak hal. Dulu mau olahraga kudu beli smartwatchrunning shoes, dan celana pendek. Giliran udah punya alat-alat yang dibutuhkan, eh, kaki kena masalah dan harus dioperasi. Setelah sembuh? Yaa udah males lagi, deh! Hehehe...

By the way, gue minta maaf banget kalo postingan blog ini terlambat sekitar dua mingguan karena kondisi pasca operasi dan kesibukan kantor yang tiada henti. Sekarang gue kembali lagi masih dengan topik yang sama yaitu Road to National Congress pt.3 dengan isi 'Tips dan Trik Lolos Seleksi Tuan Rumah Acara Nasional!'. Yeaay, mana tepuk tangannya?! Prok... Prok... Prok...

Sedikit opini aja, sih. Nyatanya, nggak gampang, loh buat terpilih menjadi tuan rumah acara Kongres ataupun Sarasehan Nasional FORKOMPI. To be honest, kalian harus melawan daerah-daerah lain yang juga berambisi untuk menjadi tempat tujuan berkumpulnya delegasi mahasiswa dari seluruh penjuru di event terbesar Poltekkes Kemenkes se-Indonesia ini. Apalagi acara besar ini hanya  diadakan dua kali dalam setahun. Gimana nggak rebutan?

Tapi, berhasil menjadi tuan rumah acara nasional belum tentu berhasil menghasilkan kesan yang baik di hati semua delegasinya. Faktanya, apapun yang terjadi sepanjang acara akan terus diingat oleh setiap delegasi, baik ataupun buruk yang tuan rumah lakukan, pasti nggak akan dilupa. Jelas, semua itu akan jadi pelajaran yang sangat berguna untuk acara selanjutnya. Iya, memang tidak ada yang sempurna selama itu masih dilakukan oleh tangan manusia, tapi kami (delegasi) tidak mencari kesempurnaan, namun sedikit rasa nyaman, aman, tepat waktu, dan acara yang teratur bisa menjadi nilai yang lebih untuk tuan rumah.

So, dengan pengalaman hadir SEPULUH KALI di acara Nasional FORKOMPI (Semarang, Jakarta, Makassar, Denpasar, Yogyakarta, Bandung, Lampung, Aceh, Bengkulu, dan Semarang) dan belum ada yang mengalahkan rekor itu sampai hari ini, akhirnya gue merangkum beberapa hal yang mungkin bisa kalian terapkan jika kalian ingin mencalonkan diri sebagai Tuan Rumah dan bagaimana bersikap sebagai Tuan Rumah yang baik (di postingan berikutnya).

Hope you enjoy this articel, let's check this out!


1. Persiapkan Semuanya Jauh-jauh Bulan

Wait, bukan jauh-jauh hari? BUKAN! Gini, ada banyak banget hal yang harus kalian persiapkan untuk maju sebagai calon tuan rumah dan itu nggak cukup seminggu atau dua minggu. Contohnya? Seperti diskusi dengan seluruh civitas akademik di internal masing-masing kampus, gambaran teknis pelaksanaan, perkiraan jarak penginapan - kampus, ketersediaan SDM, perkiraan biaya registrasi, fasilitas dan lain sebagainya yang akan dijadikan draft untuk disampaikan secara JELAS di Kongres Nasional. 

Sarasehan Nasional Lampung 2016 (Doc. Pribadi)
Gengs, kalo kalian pikir apa yang disampaikan di Kongres itu hanyalah gambaran kasar kegiatan, itu salah. Yang tepat apa? Yaa, yang kalian promosikan di Kongres itu adalah draft proposal dengan konsep acara yang matang namun masih terbuka untuk didiskusikan. Ngerti nggak? Nggak? Intinya, yang harus kalian siapkan untuk promosi di Kongres itu sama seperti yang harus disiapkan oleh Tuan Rumah pada umumnya. Harus mantap, jelas, dan nggak mentah! Oleh karena itu, semua harus disiapkan jauh-jauh bulan. Jika kalian asal-asalan memasukkan konsep dan kenyataannya nggak sesuai dengan apa yang dipromosikan di awal, artinya kalian tidak konsisten dengan kesepakatan di awal.


2. Pastikan Ada Penunjang Dana/ Fasilitas

Bro, nggak jarang dana yang harus keluar di acara besar ini totalnya mencapai diatas seratus juta rupiah. Delegasi nggak mau tahu kalian dapat uang itu dari mana. Mereka cuma mau pelayanan yang sesuai dengan harga yang mereka bayar. Jadi, kalian harus menyiasati semua hal itu dengan mencari sponsor, mengalokasikan dana DIPA, fund rising, atau mengandalkan dana internal organisasi kalian sendiri. Bebas! Semampunya kalian saja. Yang penting terpenuhi.

Selain soal dana, kalian boleh banget menjalin kerjasama dengan pemerintah setempat. Seperti yang dilakukan beberapa tuan rumah belakangan ini. Ada yang mengundang gubernur, walikota, bahkan sampai diizinkan memakai fasilitas mereka. Enak? Banget! Intinya, usahakan semaksimal mungkin ada yang bisa kalian dapatkan dari mereka. Yakin nggak mau bantu? Skala nasional, loh!

Kongres Naisonal Aceh 2016 (Doc. Pribadi)
Jika sudah, sampaikan itu kepada Nusantara bahwa kalian memiliki rekanan sponsor dan didukung oleh pemerintah setempat. Sungguh, itu menjadi nilai yang sangat plus karena bisa bertemu dengan pejabat yang cukup berpengaruh atau diizinkan menggunakan fasilitas mereka (hitung-hitung sebagai bentuk pengembangan potensi wisata di daerah tersebut), atau bisa juga perwakilan dari pejabat daerah tersebut yang membuka acara nasional ini. What an honor!


3. Usahakan Sudah Paham dengan Isi Kegiatannya!

Jadi gini, kebanyakan orang-orang yang pingin Poltekkes-nya jadi tuan rumah adalah senior-senior yang sudah tingkat 3 yang sebentar lagi bakal demisioner dan wisuda dari kampusnya. Jadi harapan itu dibebankan kepada adik-adiknya. Pertanyaannya adalah, sudahkan kalian didik dan kalian ikutsertakan adik-adik kalian ke acara nasional itu secara langsung wahai para senior yang budiman? 

Jangan cuma ngambil enaknya aja sambil berkoar-koar "dulu saya yang inisiasi" atau "aku loh yang menangin poltekkes kita jadi tuan rumah". Jangan begitu! Dibimbing itu adik-adik kalian. Ajak mereka dari awal buat pergi ke nasional dan melihat secara langsung kegiatan di sana. Jangan kamu malah pulang-pulang langsung ngelempar amanah seenak jidat terus menghilang dengan alasan 'mau fokus karena udah tingkat tiga.' Halah! Tipu kamu, Maz!

Kongres Nasional Bandung 2015 (Doc. Pribadi)
Menyiasati ketidaktahuan panitia akan acara tersebut, bisa diakali dengan menjadi delegasi sebelumnya yang sudah pernah mengikuti kegiatan nasional sebagai Ketua Pelaksana/ Ketua Acara Nasional tersebut. Jangan mau enak aja, pergi kesana kemari tapi giliran Poltekkes-nya jadi Tuan Rumah dia malah kabur! Padahal dia yang paling mengerti karena pernah hadir langsung di kegiatan itu. Selain itu, berdayakan seluruh senior dan alumni yang juga pernah datang ke nasional. Wajib. Tolong diperhatikan, ya!

Jika sudah paham, ketika promosi di depan Nusantara nanti adik-adiknya nggak akan bingung jika mendapat pertanyaan dari rekan-rekan delegasi yang lain. Soal teknis, meskipun tentative namun wajib menguasi, termasuk konsep acara dan semua hal yang ada di dalamnya. Oke? Pokoknya yang menyampaikan harus sudah mengerti lahir dan bathin.


4. Perhatikan Batas Maksimal Biaya Registrasi!

Dulu, ada tuan rumah yang menetapkan biaya registrasi hampir satu juta rupiah. Kemudian dengan banyak pertimbangan, saya mengambil langkah untuk menentukan batas maksimal biaya registrasi tersebut, menjadi berkisar Rp. 800.000,- hingga Rp. 850.000,-. Tidak kurang dan tidak lebih. Namun ternyata, masih ada beberapa Tuan Rumah yang 'bandel' menerapkan biaya registrasi diatas angka tersebut.

Sebenarnya alasan utama Tuan Rumah menetapkan biaya setinggi itu karena 'disini semua mahal' atau 'sudah dicari alternatif tapi nggak ada yang murah' atau 'malu kalo ngasih yang murah-murah ke delegasi.' Oalah, jadi karena gengsi atau apa? Atau dipaksa Rektorat harus ngasih yang mahal-mahal apa gimana?

Jadi, perlu diingat ya teman-teman, kita ini mau BEMUSYAWARAH BUKAN BERWISATA. Hal ini sudah menjadi fokus para 'Jas Merah' (Purna Sekretaris Jenderal dan Wakil Sekretaris Jenderal seluruh periode) sebenarnya. Ini 'jalan-jalan berkedok musyawarah' atau bagaimana? Yang bikin mahal itu biasanya apa? hotel? Yaa, kenapa harus hotel? Kalo ada alternatif wisma atau guest house, lebih baik pilih itu dibanding hotel. Toh, delegasi juga bakal jarang tidur karena waktu mereka habis buat begadang di ruang sidang.

Contoh saja Denpasar ketika menjadi tuan rumah Kongres Nasional Denpasar 2014. Mereka menyewa hotel murah dengan ukuran kamar yang nggak seberapa untuk diisi empat orang delegasi (idealnya dua) dengan harga Rp. 100.000,- /malam. See? Itu Bali, loh! Satu kamar bisa diisi beberapa orang, asal kita bisa koordinasi dulu dengan pihak penginapan. Ini soal seberapa mau si panitia itu menyiasati semua kemungkinan yang ada. Enggak berdasar gengsi semata! Yaa, lain cerita kalo memang sudah tidak ada pilihan lagi, ya. Delegasi memang senang-senang aja dikaish penginapan bagus, tapi belum tentu pandangan orang lain.

Kongres Nasional Denpasar 2014 (Doc. Pribadi)
Selain itu tempat wisata nggak perlu yang mewah-mewah dengan biaya masuk yang mahal. Dan nggak harus juga dilakukan seharian penuh. Buat apa, sih? Kecuali wisatanya sambil edukasi atau pengabdian masyarakat. Kalo Cuma sambil jalan-jalan kayaknya nggak etis di tempat yang terlalu bagus sampai berjam-jam perjalanan. Esensi acara Kongres dan Sarasehan Nasional bukan seperti itu. Jangan sampai menomorduakan agenda utama, apalagi sampai men-cut acara utama (sidang, dll) dengan jalan-jalan. TER-LA-LU!


5. Sampaikan dengan Media yang Menarik!

Jika semua persiapan yang dilakukan sudah tertera di dalam draft, sekarang saatnya untuk mempromosikan itu ke depan Nusantara. Tipsnya gimana? Gampang! Gunakan video interaktif yang menarik, jangan PPT belaka. Usahakan memuat profile kampus, sarana dan prasarana yang ada sampai profil tentang daerah yang dipromosikan!

Gunakan juga tagline kota tersebut, oleh-oleh dan budaya khas yang ada di sana Bagus di visual, harus bagus juga di audio. Pilih speaker terbaik untuk mempromosikan daerah kalian. Yaa, jangan malah delegasi yang terbata-bata, pemalu, apalagi tremor yang kalian suruh maju. Fatal! BIG NO!

Sampaikan dengan tegas, yakin, dan katakan segala macam KEUNTUNGAN yang bisa mereka dapatkan dan rasakan selama berada di kota kalian. Tunjukkan juga keramahan para panitia (anggota organisasi) melalui video tersebut.

Sudah semua tips dan trik yang harus dilakukan agar lolos seleksi Tuan Rumah Kongres atau Sarasehan Nasional FORKOMPI. Sisanya tinggal berdoa. Semoga berhasil!

Sarasehan Nasional Yogyakarta 2015 (Doc. Pribadi)

XOXO

No comments:

Post a Comment