Guys, kali ini #TipsAlaKangOpel bakal ngasih tahu kalian gimana sih tips dan trik agar terhindar dari ‘rasa nggak pede’ atau ‘takut’ saat bicara di depan banyak orang? Daripada penasaran langsung aja baca tulisan-tulisan gue yang (semoga) berfaedah di bawah ini. Cekidot!
Public speaking atau berbicara di depan publik adalah hal yang sebenarnya sudah kita pelajari di bangku sekolah, namun semakin intens ketika masuk ke dunia perkuliahan apalagi di dunia kerja. Contoh simple-nya ketika di masa sekolah adalah membaca cerita pendek, puisi, atau lu disuruh minta maaf di depan kelas karena baru aja ngejahilin temen lu sendiri. Tapi, pelajaran public speaking yang paling gue inget di sekolah adalah ketika gue disuruh monolog tentang dialog ekspresi sedih.
Sedih? Yoi, saat itu Guru Bahasa Indonesia gue bahkan maksa supaya gue ngeluarin air mata. What the Fufufu...! Bayangin, gue lagi ngomong terbata-bata sambil nunjukin muka melas dan diketawain murid sekelas, ehh, itu Guru di belakang malah teriak-teriak “mana air matanya?! Air matanyaaa...??!!”
Cerita nestapa di atas bisa dibaca di blog alay gue yang ini -> klik disini
Well, di situ gue belajar kalo ngomong emang harus sesuai ekspresi. Jangan po-po-po-po-poker face, oke?
Sekarang ke masa kuliah, kegiatan public speaking hampir selalu kita temui setiap hari di sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi sekarang ini. Contoh paling gampangnya adalah presentasi makalah atau tugas kelompok. Gue yakin banget di antara kalian yang baca blog ini, pasti ada tumbal-tumbal yang dijadiin speaker di setiap presentasi kelompok. Atau... jadi tumbal nge-print karena jarang ngerjain tugas akibat kegiatan organisasi? Hahaha... Alesannya sih, begitu.
Last but not least, yaitu public speaking di dunia kerja. Ini sih tergantung kalian kerja di mana. Tapi, buat gue yang kerja di lapangan dan harus berurusan dengan lintas sektoral (seperti ibu-ibu PKK, RT, RW, kelurahan bahkan sampai kecamatan) kemampuan bicara di depan umum menjadi amat - sangat - wajib digunakan. Mau nggak mau harus bisa. Di sekolah atau kampus, lu bisa mengandalkan orang lain. Kalo di dunia kerja? Googling sendiri jawabannya.
Intinya, di manapun lu berada, nggak peduli latar belakang, jenis kelamin, usia, golongan darah sampai ukuran celana dalem lu, public speaking itu wajib lu kuasai! Kalo ada netijen bilang ‘ah, public speaking kan buat anak organisasi aja!’ nah, makhluk begini yang harus kita sleding! Jangan pernah berpikir organisator itu pasti bisa ngomong di depan umum. Enggak! Sepengalaman gue organisasi, jadi narasumber bahkan motivator, dari sekian banyak audience yang ada di hadapan gue, yang bakalan ngomong ya orangnya itu-itu lagi. Bener, nggak? Sisanya? Cuma dirinya dan Allah yang tahu. Atau mungkin dia lagi Astral Projection kali. Raganya di depan gue, tapi roh nya lagi jalan-jalan ke mall liat-liat baju diskonan. Apa? Nggak tahu Astral Projection? Nonton Insidious sana!
Oke cukup mukadimahnya. Sekarang gue bakal ngasih 8 tips dan trik Public Speaking ala gue. Inget loh, ini ‘ala gue’. Jadi semua yang gue jabarkan di bawah itu based on my experience. Segala macam keadaan lapangan, materi, dan kondisi emosional kejiwaan kembali ke masing-masing pembaca. Lanjottt!
1. Banyak Membaca
Jeans gue masih sempit. (Doc. Pribadi) |
Salah satu hal terpenting bagi seorang public speaker adalah isi otak. Ya, otak yang harus diisi dengan hal-hal bermanfaat seperti beragam ilmu pengetahuan, isu-isu yang terjadi, kondisi lingkungan terkini, sampai hal-hal remeh macam ‘Mana yang lebih dulu, ayam atau telur?’
Sejujurnya, gue banyak mendapat informasi tentang banyak hal lewat membaca. Gue punya banyak tumpukan buku di rumah, entah itu majalah, komik, novel sampai enskiklopedia, semuanya gue baca. Terus, kalo udah bosen baca buku? Ada beberapa website yang bisa jadi rekomendasi ala gue, seperti kaskus.com, anehdidunia.com, indocropcircles.com, dan lain-lain. Sedangkan channel youtube favorite gue seperti Kok Bisa? dan beberapa channel review teknologi terkini. Oh ya, jangan lupakan Line Today untuk berita ringan sehari-hari. Hehehe...
Sejujurnya, gue banyak mendapat informasi tentang banyak hal lewat membaca. Gue punya banyak tumpukan buku di rumah, entah itu majalah, komik, novel sampai enskiklopedia, semuanya gue baca. Terus, kalo udah bosen baca buku? Ada beberapa website yang bisa jadi rekomendasi ala gue, seperti kaskus.com, anehdidunia.com, indocropcircles.com, dan lain-lain. Sedangkan channel youtube favorite gue seperti Kok Bisa? dan beberapa channel review teknologi terkini. Oh ya, jangan lupakan Line Today untuk berita ringan sehari-hari. Hehehe...
So, website yang gue sebutin di atas sangat berguna sekali, mereka banyak memberikan informasi yang up to date, unik, dan juga menarik. Seperti yang gue bilang, otak lu itu nggak cuma perlu tahu hal-hal besar aja, tapi hal-hal kecil juga. Asal jangan keseringan baca informasi di akun Lambe Lambe itu, ya!
Di waktu senggang, gue suka blogwalking tentang fakta-fakta menarik dan juga sejarah tempat-tempat tertentu. Sebagai seorang traveler, modal tahu tempat bersejarah itu membantu banget, guys. Dan dengan banyak membaca, bakal menjadikan lu manusia yang berkualitas, nyambung diajak ngomong, enak diajak diskusi dan bermanfaat untuk orang lain. Inget, public speaker bukan cuma orang yang ‘penuh di mulut’ tapi juga harus ‘penuh di kepala’.
Jangan jadi tong kosong yang nyaring bunyinya!
2. Banyak Berlatih
Eh, ada buah di meja. (Doc. Pribadi) |
Setelah menguasai materi, saatnya latihan bicara dan bahasa tubuh. Cara ala gue sih, sering-sering latihan di depan cermin. Serius? Iya, kalo di rumah lagi sepi, gue suka cuap-cuap sendiri di depan kaca. Sambil ngelihat ekspresi dan bahasa tubuh gue sendiri berulang-ulang kali. Ah, kadang botol parfum suka gue jadiin mic. Pokoknya udah kayak lagi presentasi beneran, lah. Hehehe...
Kalo ditanya, faedahnya apa gue latihan di depan cermin? Jawabannya simple. Gue pingin ngelihat diri gue sendiri sebelum orang lain melihat. Gue pingin ngetawain diri gue sendiri sebelum orang lain ngetawain gue. Intinya, konsep ekspresi dan bahasa tubuh gue sudah direncanakan sebaik mungkin, jangan sampai gue nggak tahu mau ngapain dan akhirnya malah monoton kayak orang pidato.
Cermin banyak membantu gue menentukan bagaimana gesture saat nada gue naik atau rendah, dan bagaimana ketika gue bergerak kesana kemari. Coba, deh!
Selain cermin, gue juga suka menghapal apa yang mau gue omongin ketika lagi bawa motor. Yaa, teriak-teriak aja sepanjang jalan. Orang lain mau ngelihatin? Santai, biarin aja, men. Jadi public speaker nggak boleh malu. Orang di jalan juga kagak kenal sama gue. By the way, latihan di jalanan kalo lagi bawa motor sendirian aja ya, jangan pas naek ojek online nanti dikira dia bawa penumpang gila.
3. Grogi? Mainkan matamu!
Mata gue lagi ngeliat jendela. (Doc. Pribadi) |
Tips berikutnya adalah tentang eye contact dan eye movement. Sejujurnya, buat gue sendiri eye contact itu penting dengan audience biar nggak monoton. Tapi, kadang bagi sebagian orang eye contact juga kayak pedang bermata dua. Iya, kadang kontak mata itu bisa bikin gue blank kalo ternyata gue nggak sengaja tatap-tatapan sama audience yang unyu-unyu. Istilahnya, pesona Adek bisa mengalihkan dunia Abang.
Oke, sebagai orang yang nggak mau terganggu dengan hal semacam itu, akhirnya gue siasati dengan mengubah objek yang gue lihat. Seperti meja, bangku, dinding, atau benda apapun yang bisa gue jangkau. Yes, itu sangat membantu. Yang penting jangan sampai pandangan gue stuck, berhenti pada suatu hal seperti orang atau makanan. Sungguh, itu jebakan betmen!
Netijen yang budiman akan berkata : kalo nggak ngelihat ke audience, berarti nggak menghargai audience dong?
Eittss, tunggu sebentar netijen yang suka suudzon. Yang gue jelasin di atas baru tentang eye contact. Ingat, eye contact itu perlu, tapi bagi gue yang sudah menyadari kelemahan dan akibat jika gue kontak mata pada objek yang salah, maka gue mengganti objeknya. So, jika kalian nggak mengalami masalah kayak gue, nggak perlu ngikutin poin kali ini, ya.
Balik lagi ke soal menghindari eye contact dengan audience. Sebetulnya gue juga mensiasati hal itu dengan eye movement atau pergerakan mata yang cepat. Seperti gimana caranya membuat seolah-olah kita melihat mereka, padahal enggak. Got it? Jadi seperti menyisir dari kanan ke kiri dengan cepat tanpa terhenti di satu objek. Cara ini ampuh karena gue nggak perlu ngelihatin orang-orang yang bisa saja ekspresinya menggangu.
Coba, kalo lu lagi presentasi, terus lihat temen lu ngobrol, maen hape, ngantuk, bercanda, itu pasti bakal mengganggu konsentrasi dan mood lu seketika bisa down. Jadi nggak perlu ngelihat hal-hal mengganggu seperti itu. Asyikin aja, ngomong aja terus sampai selesai. Masalah mereka mau dengar atau enggak itu urusan belakangan. Yang penting lu udah menampilkan yang terbaik.
4. Intonasi
Bukan acara Mamah Dedeh. (Doc. Pribadi) |
Perhatikan baik-baik intonasi di setiap kata yang bakal lu ungkapin. Ada kalanya lu harus bernada tinggi atau rendah tergantung kebutuhan. Oke, sebenarnya gue nggak punya patokan yang pasti untuk poin keempat ini. Semua kembali lagi ke materi apa yang lu bawain dan sejauh mana lu sudah berlatih untuk membaca atau mengungkapkannya sebelum tampil di depan audience.
Intonasi ini penting untuk memainkan emosi audience. Kalian bisa membakar mereka dengan kata-kata semangat bernada tinggi, atau menumbuhkan sikap empati mereka dengan nada-nada rendah. Mirip sebuah lagu. Secara nggak langsung perasaan kalian saat bicara pun tersampaikan dengan baik. Kalian pasti paham, lah. Cuma suara cewek di google translate aja yang monoton ya, kalian jangan.
Jangan.
5. Mengatasi demam panggung
Ini namanya demam lantai. (Doc. Pribadi) |
Ini poin yang sulit sebenarnya. Kenapa? Soalnya gue sendiri belom bisa mengatasi ini. Jadi gini, tiap kali gue di backstage atau duduk di kursi sebelum tampil, pasti gue gemeteran, kebelet pipis, atau gugup sampai ke ubun-ubun. Tapi, anehnya nggak ada yang percaya. Gue kasih contoh...
*Kalo jadi MC
PJ MC : Kak Novel, sebentar lagi masuk, ya?
Gue : Aduhhh, gugup banget ini, merinding!
PJ MC : Ahh, masak, sih? Nggak mungkin lah Kak Novel gugup!
*Kalo jadi pembicara
PJ Acara : Kak, abis ini Kak Novel, ya?
Gue : Hah? Duh, kebelet pipis. Deg-degan. Gimana, dong?
PJ Acara : Ahh mustahil itu sekelas Kak Novel masa gugup.
End.
Wagelaseh kalo gue bilang. Sejujurnya segala hal buruk yang gue rasain sebelum naik panggung itu benar adanya. Real. No tipu-tipu. Bukan bermaksud merendah untuk meninggi. Tapi emang benar-benar terjadi. Sedih, loh. Sampai rasanya kepingin kabur saat itu juga. Huhuhu...
Contoh lainnya, saat gue masih menjabat sebagai Sekretaris Jenderal di FORKOMPI tahun 2015 silam, beberapa hari sebelum acara Kongres Nasional gue dikasih tahu sama PJ acara untuk orasi di pembukaan nanti. Oh yes, gue langsung nggak bisa tidur berhari-hari. Sampai gue chat mohon-mohon biar di-skip aja orasinya. Tapi, yaa, emang pada dasarnya dia nggak percaya kalo gue ini frustasi disuruh orasi di depan orang banyak, jadi acaranya tetap dilanjut. Ampunnn...
Tapi, kenapa orang-orang kekeuh kalo nggak ada yang salah sama gue ketika di depan audience? Padahal rasanya perut gue udah mules-mules sampai pingin ngelempar mic ke penonton terus kabur, ganti kewarganegaraan!
Ini tergantung masing-masing orang, ya. Jawaban gue adalah, terserah gue mau gugup, jantung berdebar, gemeteran, mules, atau apapun, silahkan. Gue akan membiarkan tubuh gue merasakan semua sensasi itu. Tapi, begitu gue udah pegang mic dan kata pertama keluar dari mulut gue, maka disitulah totalitas dan profesionalitas gue mengalahkan segala macam kegundahan yang gue rasakan. Soalnya gue sadar, kalo gue udah pegang mic, udah di atas panggung, artinya udah nggak ada lagi tempat untuk mundur. Yang bisa gue lakukan cuma maju terus nggak peduli apa komentar orang.
So, intinya kalian nggak perlu menghilangkan rasa-rasa nggak enak itu. Rasakanlah sensasinya. Sebab tidak ada orang yang benar-benar tidak merasa takut di hidupnya, apalagi jika itu dilihat orang banyak. Namun, komitmen pada diri sendiri itu perlu. Ketika sudah di atas panggung dan kesempurnaan menjadi harga mati, di situlah keteguhan hati dibutuhkan. Sembunyikan semua rasa takut itu. Jangan biarkan ada orang lain mengintip bagaimana lemahnya diri lu. Cukup lu yang tahu. Setuju nggak netijen?
6. Amati, Tiru , Modifikasi
Audience gue bukan Valak, ya. (Doc. Pribadi) |
Sebagai orang yang beranjak dari nol, gue pernah berada di masa gue nggak bisa ngapa-ngapain dalam hal public speaking ini. Jangankan pegang mic, dapat peran di upacara setiap hari senin aja nggak ada yang percaya sama gue.
Organisasi benar-benar mengubah hidup gue. Gue ketemu banyak orang hebat, yang kalo ngomong itu berisi dan memacu semangat di dalam diri. Setiap mengikuti pelatihan kepemimpinan atau acara nasional, gue selalu memerhatikan orang-orang dan menjadikan mereka role model gue di organisasi. Nggak peduli dia senior atau junior. Kualitas seseorang nggak diukur dari jabatan, usia, atau tingkat.
Jadi jangan sombong dan berpuas diri. Setelah jadi pembicara kelas nasional bukan berarti tidak ada lagi langit untuk gue lampaui. Saat gue santai-santai, junior-junior gue sedang belajar keras untuk melampaui gue, dan gue juga harus berkembang seperti mereka dengan mencari langit-langit yang lebih tinggi lagi. Bukan nggak mau kalah. Tapi, kita nggak pernah tahu sampai dimana batas-batas diri yang bisa kita tembus!
7. Interaksi dengan audience
satu anak, satu ginjal, laku 200 juta. (Doc. Pribadi) |
Guys, seorang public speaker itu wajib banget interaksi sama audience. Kenapa? Yaa, emang nggak pegel apa dengerin elu ngomong berjam-jam di depan? Capek, men! Lu bisa mengatasi ini dengan banyak melempar umpan balik ke audience. Terserah. Mau nanya-nanya yang berhubungan dengan materi atau enggak, yang penting bikin orang yang nonton lu itu tertarik untuk tanya jawab dan nggak takut berinteraksi sama lu.
Banyak speaker yang ngomong ‘kita di sini diskusi, ya?’ tapi kenyataannya mereka nyerocos sendiri sampai orang-orang yang ngelihatin dia itu ngantuk semua. Namanya diskusi itu ya komunikasi dua arah. Dengan banyak omong sendiri akan memberi kesan kalo kita menggurui dan nggak mau meminta pendapat mereka. Inget, umpan balik dari audience itu penting banget. Selain sebagai saran menghindari kantuk sekaligus tanda bahwa mereka memperhatikan lu.
Asal jangan menjurus ke sexual harassement, flirting, dan SARA aja, ya. Banyak speaker yang nggak sadar kalo mereka bercanda atau intermezzo menjurus ke fliriting dan itu amat sangat nggak sopan. Jadi perhatikan kata-kata lu ketika berinteraksi dengan mereka, ya. Penting!
8. Sudah siap!
Siapapun parternya, lanjut aja. (Doc. Pribadi) |
Oke, ketika semua persiapan sudah oke, latihan sudah dijalani dan materi sudah dikuasai, sekarang lu udah siap untuk maju! Jangan takut salah, karena memang kodratnya manusia itu tempatnya salah. Inget aja, orang yang berdiri di atas panggung itu lebih keren dari mereka yang nonton di bawah. Hehehe...
Sekian tips dan trick public speaking ala Kang Opel. Jika kalian punya tips lain soal public speaking ala kalian, silahkan kirim ke DM Instagram ya nanti gue post di postingan blog berikutnya. Semoga bermanfaat. Terima kasih!
It's good to read your experience. Thank you Kang Novel, tetap dan terus menginspirasi :) #PeaceLoveAndG4o3l
ReplyDelete