Yuhuu, ketemu lagi sama Kang Opel dan kali ini dalam rangka menyambut
Kongres Nasional Forum Komunikasi Mahasiswa Poltekkes Kemenkes se-Indonesia
(FORKOMPI), gue bakal posting beberapa tips dan trik tentang apa-apa aja yang
harus lo lakukan untuk menghadapi pesta demokrasi terbesar di lingkup Poltekkes
Kemenkes se-Indonesia itu. Santai, postingan gue ini bebas dibaca siapa aja,
nggak peduli dari institusi dan organisasi manapun kalian berasal, mangga atuh,
silahkan diambil aja ilmunya, gratis, tis, tis!
Kongres Nasional Forum Komunikasi Mahasiswa Poltekkes Kemenkes se-Indonesia
atau yang akrab disebut Kongnas FORKOMPI adalah suatu event besar di nasional
dimana tujuan utamanya adalah menurunkan Sekretaris Jenderal (Ketua) di periode
sebelumnya dan mengangkat Sekretaris Jenderal terpilih berikutnya. Tapi, gue
nggak bakal ngebahas soal bagaimana tips dan trik supaya bisa jadi seorang
Sekretaris Jenderal, ya karena memang nggak ada tips dan triknya. Itu semua
soal memenangkan kepercayaan orang lain.
Gue selalu berprinsip, bahwa ‘Jika
dia tidak pernah menghasilkan sesuatu, maka dia tidak pantas untuk naik ke atas
puncak.’ Jadi buat kalian yang ngambis nih, buat jadi Sekretaris Jenderal
berikutnya, pahami sendiri ya kalimat yang gue tebelin di atas. Hehehe...
Oke, karena gue nggak bahas soal jadi Sekretaris Jenderal, maka yang gue
bahas adalah orang-orang di bawahnya. Yap, kita mengenal istilah ‘kaderisasi’,
sebuah sistem yang berjalan di FORKOMPI untuk mencari generasi-generasi emas
(ciee!) yang dipercaya mengisi kursi-kursi divisi tertentu di periode FORKOMPI
berikutnya.
Nah, untuk sebuah jabatan di organisasi pasti ada UNTUNGNYA, dong? Kalo nggak untung mah ngapain capek-capek ikut
kaderisasi. Tapi gue nggak bakal ngebahas keuntungan yang biasa-biasa aja kayak
banyak teman, nambah ilmu, nambah
pengalaman, berlatih jadi pemimpin, dan yang lain-lain yang biasa kalian
lihat di LDK atau motivasi organisasi lainnya, ya. Itu mah udah basi banget!
Orang-orang udah paham, lah!
Apa aja keuntungan menjadi pengurus di Nasional anti mainstream ala Kang Opel? Gue kasih tahu deh biar makin
pengen. Check it out!
1. Auto Eksis!
Staright
to the point, menjadi
bagian dari nasional pasti akan membuat nama kalian dikenal sama banyak orang,
apalagi mayoritas delegasi yang datang adalah orang-orang yang punya pengaruh
besar di institusinya, seperti Presiden BEM, Menteri Luar Negeri sampai Ketua
Legislatif-nya. Jadi secara nggak langsung lingkup organisasi kalian meningkat
ke level yang lebih tinggi lagi. Itu baru datang aja, kalo udah jadi pengurus
bisa lebih banyak lagi relasi yang kalian dapat. Hebat, kan? Iya, kekuatan
‘auto eksis’ memang menyeramkan!
“Organisasi kok tujuannya biar eksis? Aneh aja
Kang Opel.”
Gini, enggak usah sok idealis bilang jadi pengurus
di organisasi itu bukan untuk mencari eksis. Nyatanya, eksis (mungkin) memang
bukan tujuan utama kalian, tapi eksis adalah bonus yang pasti akan kalian dapat.
Yaa, logikanya sih, gimana mau dikenal orang lain kalo kita nggak berusaha
untuk dikenal mereka (orang-orang di lingkup Poltekkes Kemenkes se-Indonesia)?
Kalo kita nggak dikenal sama mereka gimana mau lancar komunikasi untuk
menjalankan program kerja? Kalo program kerja nggak jalan gimana kita bisa
kerja? Kalo kita nggak kerja bisa-bisa dikasih SP tiga! Serem, kan? Jadi eksis
itu penting banget, ya apalagi kalo predikat ‘eksis’ yang kita dapatkan juga
dibarengi oleh penilaian yang positif. Cakeuppp banget dah!
So,
kadang gue suka sebel
kalo lagi ngomong sama junior dan mereka sering bilang “saya mah organisasi
bukan buat nyari eksis, Kak.” Lahhh... Gimane caranye elu kerja kalo elu kagak
eksis munarohhh!
“Saya nggak nyari eksis di organisasi. Saya cuma
pingin banyak teman baru.” Lahhh... Gimane caranye mau punya banyak temen kalo
elu kagak eksis, kagak dikenal orang, romlahhh!
Gue positif thinking aja deh, mungkin dia lagi
merendah atau pingin terlihat keren di mata senior karena mencari eksistensi
kadang suka dianggap negatif oleh kebanyakan orang. Yaa, terserah sih, tapi
kadang idealis dan pingin terlihat keren harus sesuai logika juga. In my humble opinin, yaa. Hehehe...
Intinya, tidak ada yang salah dengan menjadi orang
eksis asal itu kalian dapatkan dengan penilaian yang positif dan dimanfaatkan
untuk hal yang positif pula. Jadi, buat kalian delegasi atau pengurus di
organisasi nasional, selamat, kalian AUTO
EKSIS!
2. Auto Recommended!
Gue mau tanya, kalian tahu nggak normalnya berapa
kali seseorang bisa menjadi delegasi di acara nasional FORKOMPI? Mengingat masa
jabatan di BEM yaitu minimal 1 kali/ tahun & maksimal 2 kali/ tahun dengan
acara Nasional FORKOMPI yang hanya diadakan dua kali setahun (Sarasehan dan
Kongres Nasional)
Seandainya, kalian adalah delegasi biasa yang baru
datang pertama kali di Sarasehan Nasional, maka kemungkinan untuk datang ke
Kongres Nasional di tahun yang sama
masih sangat besar. Institusi menganggap ilmu yang kalian dapat di Sarasehan
Nasional harus dikembangkan lagi di Kongres Nasional, salah satunya adalah
menggapai kursi pengurus (syarat dan ketentuan masing-masing institusi berlaku)
Setelah datang ke Kongres Nasional tapi kalian GAGAL menjadi pengurus, maka
kemungkinan untuk datang di acara berikutnya di tahun depan akan menjadi
sangat, sangat kecil! Bahkan meskipun kalian di BEM masih ada satu periode
lagi, hak untuk datang mungkin akan diserahkan ke adik tingkat kalian. Ya
sudah, Good bye, Nasional.
Tapi, lain cerita kalo ternyata di tahun kedua
kalian di BEM diamanahi sebagai Presiden Mahasiswa, maka kesempatan untuk
datang ke acara nasional FORKOMPI akan kembali terbuka bahkan lebih lebar dari
sebelumnya. Sebab, undangan untuk datang akan langsung tertuju pada kalian
secara personal.
Di sisi lain, jika kalian menjadi pengurus, maka
kemungkinan kalian diberangkatkan menjadi sangat besar, bahkan Presiden
Mahasiswa kalian (mungkin) akan mengalah agar kalian bisa pergi. Kenapa? Sebab
FORKOMPI akan menurunkan langsung surat rekomendasi kepada Presiden Mahasiswa
agar pengurus yang menjabat dari Poltekkes tersebut menjadi prioritas tertinggi
yang diberangkatkan. Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat kehadiran pengurus
bisa memberikan pengaruh besar terhadap lancar atau tidaknya Laporan
Pertanggungjawaban mereka kepada nasional.
Tabelnya begini :
JABATAN
|
DASAR
UNTUK DATANG
|
MASA
BERLAKU
|
DELEGASI BIASA
|
DISPOSISI PRESIDEN MAHASISWA
|
1X KEBERANGKATAN
|
PRESIDEN MAHASISWA
|
UNDANGAN DARI FORKOMPI
|
SELAMA MASIH MENJABAT
|
PENGURUS (SELAIN SEKJEND)
|
REKOMENDASI DARI FORKOMPI
|
SELAMA MASIH MENJABAT
|
SEKETARIS JENDERAL
|
AD/ART
|
SELAMA MASIH MENJABAT
|
DEWAN PURNA FORKOMPI
|
UNDANGAN DARI FORKOMPI
|
SELAMA MASIH MENJABAT
|
JAS MERAH FORKOMPI
|
UNDANGAN DARI FORKOMPI
|
SEUMUR HIDUP
|
Jadi, selamat untuk pengurus, kalian AUTO DIREKOMENDASI!
3. Auto Remembered!
Setelah jadi pengurus, pastinya kalian bakalan ada
di dalam lingkup kelompok dong, nggak ada yang kerja sendiri-sendiri. Contohnya
kelompok Badan Pengurus Harian (BPH), kelompok Bidang-Bidang (Koordinator dan
Anggota), dan kelompok Koordinator Wilayah. Nah, selama setahun bekerja, masa
nggak terbentuk suatu ikatan keluarga, sih? Yakin nggak ada tempat curhat
favorit kalo lagi kesel sama organisasi, atau masalah pribadi lain? Yang pasti,
apapun yang menjadi dasar sebuah ikatan itu terbentuk, selama itu membuat
kalian semakin kompak, wajib dipertahankan!
Apalagi, karena kita berjauhan tempat tinggal dan
terpencar dari Sabang hingga Merauke, yang sehari-harinya komunikasi Cuma lewat
smartphone sambil menunggu Sarasehan dan Kongres Nasional tiba untuk bisa
betatap muka, pastinya hati ini akan merasa rindu, rindu sekali! Gue bener,
nggak?
Alhasil, terbesit untuk memberikan sebuah
cinderamata sebagai pengingat kalo kita pernah bekerja bareng-bareng, pernah
membangun ikatan di sela-sela pekerjaan, atau bahkan untuk sekedar menyampaikan
perasaan kepada dia yang tidak kunjung peka karena jarak yang berlebihan. Oh, C’mon, ada saja yang seperti itu kawan.
Tapi kalo kalian pikir oleh-oleh yang dimaksud itu
harus mahal, kalian SALAH! Jujur
aja, gue termasuk yang sering dikasih oleh-oleh beraneka macam bentuk, apapun
itu, mulai dari makanan, barang, pakaian, apa saja. Syukuri itu. Bahkan gue
udah seneng banget meski dikasih gantungan kunci yang entah dari daerah mana.
Serius. Seremeh apapun itu, benda-benda itu nggak bisa gue beli di Jakarta.
Jadi jangan lupa berterima kasih!
Selamat lagi ya pengurus, kalian AUTO NGEBELIIN OLEH-OLEH DAN DIKASIH
OLEH-OLEH!
4. Auto Followed!
Contohnya instagram gue aja deh, di @novelfirmansyah, gue sampe bingung itu
isinya orang dari mana-mana aja. Tiap habis datang acara nasional, followers nambah. Tiap ngisi acara, followers nambah. Giliran beli followers, kagak nambah-nambah!
Becanda.
Jadi di IG gue banyak tuh bertebaran teman-teman
dengan beragam macam profesi kesehatan dari Sabang hingga Merauke. Mayoritasnya
ya gue kagak kenal. Entah kenal dari mana juga gue nggak tahu. Mungkin ada yang
belum pernah bertatap muka juga. Bahkan, saking penuhnya followers IG gue dengan anak-anak Poltekkes, gue sampai takut kalo
yang nge-follow malah anak dari universitas lain. Kenapa gitu? Yaa kan nggak
pernah ada hubungan apa-apa. Jadi serem aja. Apa, sih.
Balik lagi ke Instagram. Jelas hubungan yang hanya
lewat chat itu menjemukan. Nusantara butuh yang lebih, kayak ngelihat foto-foto
terbaru kita, insta story terbaru,
dan kayaknya girang banget nih kalo ada orang dari seberang pulau sana nyomot
foto kita terus dimasukin insta story
terus dikasih caption ‘KANGEN’.
Yaelah tong, kerjain dulu urusan organisasi yang
bener, biar nanti bisa ketemu lagi sama temen-temenmu itu. Jangan kebanyakan
sibuk di instagram ya. Di chat disuruh rapat malah main IG. Diminta berita
acara nggak direspon malah update story. Inget tong, followers instagram lu isinya udah orang-orang se-Indonesia,
mayoritas juga pengurus kayak elu!
Gue : “Si A kemana ya, disuruh rapat kok nggak
nongol?”
Si B : “Oh, tadi tiga menit lalu dia baru aja update story, Kang.”
Gue : “Hmm, minta dirajam beliau.”
Dan yang terpenting nih guys, ketika followers lu sudah naik drastis akibat
popularitas dan orang-orang yang penasaran ingin berkawan sama lu, jangan pernah membatasi atau mengubah
kebiasaan lu selama ini hanya karena ingin tetap terlihat baik di depan mereka.
Ngerti nggak? Yang gue maksud adalah, nggak usah lu pencitraan. Hanya
karena orang-orang se-Nasional nge follow elu, lantas tiap hari lu update status isinya pencitraan semua,
nggak kayak dulu sebelum mereka follow elu. Yes? Jangan pernah mengubah diri lu
sendiri demi mereka yang baru atau bahkan nggak lu kenal. Lu bangun pagi-pagi
setiap hari bukan untuk menyenangkan hidup mereka. Jadi apa adanya aja, sih!
Dan kalo followers
lu udah banyak, boleh tuh promote-promote, tawarin endors, kan? Cincai lah, kan
udah AUTO FOLLOWERS NAMBAH!
5. Auto Traveling!
Ini yang paling wow! Secara kalian semua berasal
dari seluruh penjuru Nusantara, maka kesempatan untuk berkunjung ke daerah
tempat teman-teman yang kalian temui di acara nasional akan sangat, sangat
terbuka lebar! Serius, ini hal yang paling menyenangkan!
Kalo dari pengalaman gue, mau kemanapun gue pergi
ke seluruh provinsi ya bisa-bisa aja. Akan selalu ada yang menyambut gue di
sana. Akan selalu ada tempat bernaung dari panasnya mentari atau dinginnya
hujan. Mau jalan-jalan? Pasti disediakan kendaraan. Mau ke tempat wisata
ini-itu? Diantarkan! Atau mau nyari oleh-oleh ini itu? Dicarikan! Begitulah
hubungan kami di luar organisasi, siapapun itu, mereka adalah tamu yang wajib
kita dampingi.
Seringkali ketika beberapa generasi sudah lewat,
jika ada delegasi dari nasional yang datang ke Jakarta, pasti bakalan gue temui
(walaupun itu seharusnya jadi kewajiban junior-junior gue) dan itu sama sekali
nggak merepotkan! Pulang kerja langsung cusss ke tempat mereka, ngajak mereka
jalan-jalan kemanapun mereka mau sampai larut malam, dan esoknya mungkin
seperti itu lagi. Serius, gue nggak pernah merasa repot. Kenapa? Karena gue
ingat, mungkin mereka juga akan memperlakukan gue jika berkunjung ke tempat
mereka.
Kesan sebagai tuan rumah yang baik, wajib kita
berikan kepada mereka.
Berkat mereka, hari ini gue sudah berkunjung ke
lima belas provinsi yang ada di Indonesia. Dan masih bisa bertambah lagi di
tahun-tahun berikutnya. Gue nggak khawatir bakalan jadi gembel di daerah orang,
karena mereka dengan senang hati akan membantu. Begitulah feedback yang kita dapatkan. Akan selalu ada orang yang rindu dan
meminta kita untuk datang ke tempat mereka. Asal, semua diikuti dengan sikap
dan kinerja kita yang baik di nasional. Iya, toh?
Jadi, buat kalian tuh, pengurus yang suka
teriak-teriak di story atau caption ‘kangen rindu, pingin bertemu,
bla bla bla’ ya realisasikan, dong! Datengin orangnya. Gapunya duit? Nabung!
Jangan takut nggak dijamu, kita semua satu, nggak akan ditelantarkan tapi harus
sesuaikan jadwal satu sama lain, ya. Soalnya ada saja yang kuliah, dinas,
kerja, atau tugas di lain kota.
Percayalah, pengurus, ini suatu keuntungan yang
berlaku seumur hidup untuk kalian, karena kalian AUTO DIAJAK JALAN-JALAN!
Harga Semua Fasilitas itu nggak Murah!
Sekian 5 Keuntungan Menjadi Pengurus FORKOMPI yang
Anti Mainstream ala Kang Opel. Jujur aja, semua yang gue tulis di atas memang
benar adanya, dan semua itu masih gue rasakan sampai hari ini, setelah empat
tahun berlalu sejak pertama kali gue menjabat di FORKOMPI.
Satu hal yang perlu diingat, meskipun kalian
berhasil masuk di kepengurusan, semua tergantung kalian sendiri. Jika sikap,
kinerja dan respond time kalian bagus
terhadap sesama pengurus dan semua relasi kalian di luar itu, maka Insha Allah semua yang gue tulis pasti
kalian dapatkan! Garansi seratus persen, deh!
Namun jika kalian berhasil masuk kepengurusan tapi
sikap kalian jelek, kinerja kalian lambat dan disuruh-suruh rapat malah main
instagram, ya siap-siap aja dapat teguran bahkan sampai surat peringatan!
Saat ini mungkin ratusan orang berlomba-lomba
ingin menjadi pengurus FOKOMPI karena jaminan 5 keuntungan di atas dan mungkin
karena alasan idealis lainnya. Tapi, tahukah kalian bahwa ketika kalian resmi
menjadi pengurus maka saat itu juga Nama
Institusi, Nama Organisasi, Nama Alumni dan Nama Daerah kalian akan ditaruh
di pundak kalian selama kalian menjabat? Tentu ada harga yang harus dibayar
untuk semua fasilitas itu. Organisasi apalagi nasional bukan tempat bermain
anak-anak. Ini soal bagaimana kalian bisa bertahan hingga akhir.
Maka nikmat berorganisasi mana lagi yang kalian dustakan?
No comments:
Post a Comment