5 Keuntungan jadi Pengurus Organisasi Nasional (Anti-Mainstream!)


Yuhuu, ketemu lagi sama Kang Opel dan kali ini dalam rangka menyambut Kongres Nasional Forum Komunikasi Mahasiswa Poltekkes Kemenkes se-Indonesia (FORKOMPI), gue bakal posting beberapa tips dan trik tentang apa-apa aja yang harus lo lakukan untuk menghadapi pesta demokrasi terbesar di lingkup Poltekkes Kemenkes se-Indonesia itu. Santai, postingan gue ini bebas dibaca siapa aja, nggak peduli dari institusi dan organisasi manapun kalian berasal, mangga atuh, silahkan diambil aja ilmunya, gratis, tis, tis!



Kongres Nasional Forum Komunikasi Mahasiswa Poltekkes Kemenkes se-Indonesia atau yang akrab disebut Kongnas FORKOMPI adalah suatu event besar di nasional dimana tujuan utamanya adalah menurunkan Sekretaris Jenderal (Ketua) di periode sebelumnya dan mengangkat Sekretaris Jenderal terpilih berikutnya. Tapi, gue nggak bakal ngebahas soal bagaimana tips dan trik supaya bisa jadi seorang Sekretaris Jenderal, ya karena memang nggak ada tips dan triknya. Itu semua soal memenangkan kepercayaan orang lain.

Gue selalu berprinsip, bahwa ‘Jika dia tidak pernah menghasilkan sesuatu, maka dia tidak pantas untuk naik ke atas puncak.’ Jadi buat kalian yang ngambis nih, buat jadi Sekretaris Jenderal berikutnya, pahami sendiri ya kalimat yang gue tebelin di atas. Hehehe...

Oke, karena gue nggak bahas soal jadi Sekretaris Jenderal, maka yang gue bahas adalah orang-orang di bawahnya. Yap, kita mengenal istilah ‘kaderisasi’, sebuah sistem yang berjalan di FORKOMPI untuk mencari generasi-generasi emas (ciee!) yang dipercaya mengisi kursi-kursi divisi tertentu di periode FORKOMPI berikutnya.

Nah, untuk sebuah jabatan di organisasi pasti ada UNTUNGNYA, dong? Kalo nggak untung mah ngapain capek-capek ikut kaderisasi. Tapi gue nggak bakal ngebahas keuntungan yang biasa-biasa aja kayak banyak teman, nambah ilmu, nambah pengalaman, berlatih jadi pemimpin, dan yang lain-lain yang biasa kalian lihat di LDK atau motivasi organisasi lainnya, ya. Itu mah udah basi banget! Orang-orang udah paham, lah!

Apa aja keuntungan menjadi pengurus di Nasional anti mainstream ala Kang Opel? Gue kasih tahu deh biar makin pengen. Check it out!


1. Auto Eksis!


Staright to the point, menjadi bagian dari nasional pasti akan membuat nama kalian dikenal sama banyak orang, apalagi mayoritas delegasi yang datang adalah orang-orang yang punya pengaruh besar di institusinya, seperti Presiden BEM, Menteri Luar Negeri sampai Ketua Legislatif-nya. Jadi secara nggak langsung lingkup organisasi kalian meningkat ke level yang lebih tinggi lagi. Itu baru datang aja, kalo udah jadi pengurus bisa lebih banyak lagi relasi yang kalian dapat. Hebat, kan? Iya, kekuatan ‘auto eksis’ memang menyeramkan!

“Organisasi kok tujuannya biar eksis? Aneh aja Kang Opel.”

Gini, enggak usah sok idealis bilang jadi pengurus di organisasi itu bukan untuk mencari eksis. Nyatanya, eksis (mungkin) memang bukan tujuan utama kalian, tapi eksis adalah bonus yang pasti akan kalian dapat. Yaa, logikanya sih, gimana mau dikenal orang lain kalo kita nggak berusaha untuk dikenal mereka (orang-orang di lingkup Poltekkes Kemenkes se-Indonesia)? Kalo kita nggak dikenal sama mereka gimana mau lancar komunikasi untuk menjalankan program kerja? Kalo program kerja nggak jalan gimana kita bisa kerja? Kalo kita nggak kerja bisa-bisa dikasih SP tiga! Serem, kan? Jadi eksis itu penting banget, ya apalagi kalo predikat ‘eksis’ yang kita dapatkan juga dibarengi oleh penilaian yang positif. Cakeuppp banget dah!

So, kadang gue suka sebel kalo lagi ngomong sama junior dan mereka sering bilang “saya mah organisasi bukan buat nyari eksis, Kak.” Lahhh... Gimane caranye elu kerja kalo elu kagak eksis munarohhh!

“Saya nggak nyari eksis di organisasi. Saya cuma pingin banyak teman baru.” Lahhh... Gimane caranye mau punya banyak temen kalo elu kagak eksis, kagak dikenal orang, romlahhh!

Gue positif thinking aja deh, mungkin dia lagi merendah atau pingin terlihat keren di mata senior karena mencari eksistensi kadang suka dianggap negatif oleh kebanyakan orang. Yaa, terserah sih, tapi kadang idealis dan pingin terlihat keren harus sesuai logika juga. In my humble opinin, yaa. Hehehe...

Intinya, tidak ada yang salah dengan menjadi orang eksis asal itu kalian dapatkan dengan penilaian yang positif dan dimanfaatkan untuk hal yang positif pula. Jadi, buat kalian delegasi atau pengurus di organisasi nasional, selamat, kalian AUTO EKSIS!


2. Auto Recommended!


Gue mau tanya, kalian tahu nggak normalnya berapa kali seseorang bisa menjadi delegasi di acara nasional FORKOMPI? Mengingat masa jabatan di BEM yaitu minimal 1 kali/ tahun & maksimal 2 kali/ tahun dengan acara Nasional FORKOMPI yang hanya diadakan dua kali setahun (Sarasehan dan Kongres Nasional)

Seandainya, kalian adalah delegasi biasa yang baru datang pertama kali di Sarasehan Nasional, maka kemungkinan untuk datang ke Kongres Nasional di tahun yang sama masih sangat besar. Institusi menganggap ilmu yang kalian dapat di Sarasehan Nasional harus dikembangkan lagi di Kongres Nasional, salah satunya adalah menggapai kursi pengurus (syarat dan ketentuan masing-masing institusi berlaku)

Setelah datang ke Kongres Nasional tapi kalian GAGAL menjadi pengurus, maka kemungkinan untuk datang di acara berikutnya di tahun depan akan menjadi sangat, sangat kecil! Bahkan meskipun kalian di BEM masih ada satu periode lagi, hak untuk datang mungkin akan diserahkan ke adik tingkat kalian. Ya sudah, Good bye, Nasional.

Tapi, lain cerita kalo ternyata di tahun kedua kalian di BEM diamanahi sebagai Presiden Mahasiswa, maka kesempatan untuk datang ke acara nasional FORKOMPI akan kembali terbuka bahkan lebih lebar dari sebelumnya. Sebab, undangan untuk datang akan langsung tertuju pada kalian secara personal.

Di sisi lain, jika kalian menjadi pengurus, maka kemungkinan kalian diberangkatkan menjadi sangat besar, bahkan Presiden Mahasiswa kalian (mungkin) akan mengalah agar kalian bisa pergi. Kenapa? Sebab FORKOMPI akan menurunkan langsung surat rekomendasi kepada Presiden Mahasiswa agar pengurus yang menjabat dari Poltekkes tersebut menjadi prioritas tertinggi yang diberangkatkan. Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat kehadiran pengurus bisa memberikan pengaruh besar terhadap lancar atau tidaknya Laporan Pertanggungjawaban mereka kepada nasional.

Tabelnya begini :
  
JABATAN
DASAR UNTUK DATANG
MASA BERLAKU
DELEGASI BIASA
DISPOSISI PRESIDEN MAHASISWA
1X KEBERANGKATAN
PRESIDEN MAHASISWA
UNDANGAN DARI FORKOMPI
SELAMA MASIH MENJABAT
PENGURUS (SELAIN SEKJEND)
REKOMENDASI DARI FORKOMPI
SELAMA MASIH MENJABAT
SEKETARIS JENDERAL
AD/ART
SELAMA MASIH MENJABAT
DEWAN PURNA FORKOMPI
UNDANGAN DARI FORKOMPI
SELAMA MASIH MENJABAT
JAS MERAH FORKOMPI
UNDANGAN DARI FORKOMPI
SEUMUR HIDUP


Jadi, selamat untuk pengurus, kalian AUTO DIREKOMENDASI!


3. Auto Remembered!


Setelah jadi pengurus, pastinya kalian bakalan ada di dalam lingkup kelompok dong, nggak ada yang kerja sendiri-sendiri. Contohnya kelompok Badan Pengurus Harian (BPH), kelompok Bidang-Bidang (Koordinator dan Anggota), dan kelompok Koordinator Wilayah. Nah, selama setahun bekerja, masa nggak terbentuk suatu ikatan keluarga, sih? Yakin nggak ada tempat curhat favorit kalo lagi kesel sama organisasi, atau masalah pribadi lain? Yang pasti, apapun yang menjadi dasar sebuah ikatan itu terbentuk, selama itu membuat kalian semakin kompak, wajib dipertahankan!

Apalagi, karena kita berjauhan tempat tinggal dan terpencar dari Sabang hingga Merauke, yang sehari-harinya komunikasi Cuma lewat smartphone sambil menunggu Sarasehan dan Kongres Nasional tiba untuk bisa betatap muka, pastinya hati ini akan merasa rindu, rindu sekali! Gue bener, nggak?

Alhasil, terbesit untuk memberikan sebuah cinderamata sebagai pengingat kalo kita pernah bekerja bareng-bareng, pernah membangun ikatan di sela-sela pekerjaan, atau bahkan untuk sekedar menyampaikan perasaan kepada dia yang tidak kunjung peka karena jarak yang berlebihan. Oh, C’mon, ada saja yang seperti itu kawan.

Tapi kalo kalian pikir oleh-oleh yang dimaksud itu harus mahal, kalian SALAH! Jujur aja, gue termasuk yang sering dikasih oleh-oleh beraneka macam bentuk, apapun itu, mulai dari makanan, barang, pakaian, apa saja. Syukuri itu. Bahkan gue udah seneng banget meski dikasih gantungan kunci yang entah dari daerah mana. Serius. Seremeh apapun itu, benda-benda itu nggak bisa gue beli di Jakarta. Jadi jangan lupa berterima kasih!

Selamat lagi ya pengurus, kalian AUTO NGEBELIIN OLEH-OLEH DAN DIKASIH OLEH-OLEH!


4. Auto Followed!


Contohnya instagram gue aja deh, di @novelfirmansyah, gue sampe bingung itu isinya orang dari mana-mana aja. Tiap habis datang acara nasional, followers nambah. Tiap ngisi acara, followers nambah. Giliran beli followers, kagak nambah-nambah!
Becanda.

Jadi di IG gue banyak tuh bertebaran teman-teman dengan beragam macam profesi kesehatan dari Sabang hingga Merauke. Mayoritasnya ya gue kagak kenal. Entah kenal dari mana juga gue nggak tahu. Mungkin ada yang belum pernah bertatap muka juga. Bahkan, saking penuhnya followers IG gue dengan anak-anak Poltekkes, gue sampai takut kalo yang nge-follow malah anak dari universitas lain. Kenapa gitu? Yaa kan nggak pernah ada hubungan apa-apa. Jadi serem aja. Apa, sih.

Balik lagi ke Instagram. Jelas hubungan yang hanya lewat chat itu menjemukan. Nusantara butuh yang lebih, kayak ngelihat foto-foto terbaru kita, insta story terbaru, dan kayaknya girang banget nih kalo ada orang dari seberang pulau sana nyomot foto kita terus dimasukin insta story terus dikasih caption ‘KANGEN’.

Yaelah tong, kerjain dulu urusan organisasi yang bener, biar nanti bisa ketemu lagi sama temen-temenmu itu. Jangan kebanyakan sibuk di instagram ya. Di chat disuruh rapat malah main IG. Diminta berita acara nggak direspon malah update story. Inget tong, followers instagram lu isinya udah orang-orang se-Indonesia, mayoritas juga pengurus kayak elu!

Gue : “Si A kemana ya, disuruh rapat kok nggak nongol?”

Si B : “Oh, tadi tiga menit lalu dia baru aja update story, Kang.”

Gue : “Hmm, minta dirajam beliau.”

Dan yang terpenting nih guys, ketika followers lu sudah naik drastis akibat popularitas dan orang-orang yang penasaran ingin berkawan sama lu, jangan pernah membatasi atau mengubah kebiasaan lu selama ini hanya karena ingin tetap terlihat baik di depan mereka. Ngerti nggak? Yang gue maksud adalah, nggak usah lu pencitraan. Hanya karena orang-orang se-Nasional nge follow elu, lantas tiap hari lu update status isinya pencitraan semua, nggak kayak dulu sebelum mereka follow elu. Yes? Jangan pernah mengubah diri lu sendiri demi mereka yang baru atau bahkan nggak lu kenal. Lu bangun pagi-pagi setiap hari bukan untuk menyenangkan hidup mereka. Jadi apa adanya aja, sih!

Dan kalo followers lu udah banyak, boleh tuh promote-promote, tawarin endors, kan? Cincai lah, kan udah AUTO FOLLOWERS NAMBAH!


5. Auto Traveling!


Ini yang paling wow! Secara kalian semua berasal dari seluruh penjuru Nusantara, maka kesempatan untuk berkunjung ke daerah tempat teman-teman yang kalian temui di acara nasional akan sangat, sangat terbuka lebar! Serius, ini hal yang paling menyenangkan!

Kalo dari pengalaman gue, mau kemanapun gue pergi ke seluruh provinsi ya bisa-bisa aja. Akan selalu ada yang menyambut gue di sana. Akan selalu ada tempat bernaung dari panasnya mentari atau dinginnya hujan. Mau jalan-jalan? Pasti disediakan kendaraan. Mau ke tempat wisata ini-itu? Diantarkan! Atau mau nyari oleh-oleh ini itu? Dicarikan! Begitulah hubungan kami di luar organisasi, siapapun itu, mereka adalah tamu yang wajib kita dampingi.

Seringkali ketika beberapa generasi sudah lewat, jika ada delegasi dari nasional yang datang ke Jakarta, pasti bakalan gue temui (walaupun itu seharusnya jadi kewajiban junior-junior gue) dan itu sama sekali nggak merepotkan! Pulang kerja langsung cusss ke tempat mereka, ngajak mereka jalan-jalan kemanapun mereka mau sampai larut malam, dan esoknya mungkin seperti itu lagi. Serius, gue nggak pernah merasa repot. Kenapa? Karena gue ingat, mungkin mereka juga akan memperlakukan gue jika berkunjung ke tempat mereka.

Kesan sebagai tuan rumah yang baik, wajib kita berikan kepada mereka.

Berkat mereka, hari ini gue sudah berkunjung ke lima belas provinsi yang ada di Indonesia. Dan masih bisa bertambah lagi di tahun-tahun berikutnya. Gue nggak khawatir bakalan jadi gembel di daerah orang, karena mereka dengan senang hati akan membantu. Begitulah feedback yang kita dapatkan. Akan selalu ada orang yang rindu dan meminta kita untuk datang ke tempat mereka. Asal, semua diikuti dengan sikap dan kinerja kita yang baik di nasional. Iya, toh?

Jadi, buat kalian tuh, pengurus yang suka teriak-teriak di story atau caption ‘kangen rindu, pingin bertemu, bla bla bla’ ya realisasikan, dong! Datengin orangnya. Gapunya duit? Nabung! Jangan takut nggak dijamu, kita semua satu, nggak akan ditelantarkan tapi harus sesuaikan jadwal satu sama lain, ya. Soalnya ada saja yang kuliah, dinas, kerja, atau tugas di lain kota.

Percayalah, pengurus, ini suatu keuntungan yang berlaku seumur hidup untuk kalian, karena kalian AUTO DIAJAK JALAN-JALAN!


Harga Semua Fasilitas itu nggak Murah!


Sekian 5 Keuntungan Menjadi Pengurus FORKOMPI yang Anti Mainstream ala Kang Opel. Jujur aja, semua yang gue tulis di atas memang benar adanya, dan semua itu masih gue rasakan sampai hari ini, setelah empat tahun berlalu sejak pertama kali gue menjabat di FORKOMPI.

Satu hal yang perlu diingat, meskipun kalian berhasil masuk di kepengurusan, semua tergantung kalian sendiri. Jika sikap, kinerja dan respond time kalian bagus terhadap sesama pengurus dan semua relasi kalian di luar itu, maka Insha Allah semua yang gue tulis pasti kalian dapatkan! Garansi seratus persen, deh!

Namun jika kalian berhasil masuk kepengurusan tapi sikap kalian jelek, kinerja kalian lambat dan disuruh-suruh rapat malah main instagram, ya siap-siap aja dapat teguran bahkan sampai surat peringatan!

Saat ini mungkin ratusan orang berlomba-lomba ingin menjadi pengurus FOKOMPI karena jaminan 5 keuntungan di atas dan mungkin karena alasan idealis lainnya. Tapi, tahukah kalian bahwa ketika kalian resmi menjadi pengurus maka saat itu juga Nama Institusi, Nama Organisasi, Nama Alumni dan Nama Daerah kalian akan ditaruh di pundak kalian selama kalian menjabat? Tentu ada harga yang harus dibayar untuk semua fasilitas itu. Organisasi apalagi nasional bukan tempat bermain anak-anak. Ini soal bagaimana kalian bisa bertahan hingga akhir.



Maka nikmat berorganisasi mana lagi yang kalian dustakan?



No comments:

Post a Comment