Oke, ini dia postingan yang paling kalian tunggu-tunggu! Kang Opel bakalan tepat janji untuk ngebahas segala macam hal yang perlu kalian ketahui dan persiapkan menjelang Kongres Nasional tahun ini. Jadi, nggak perlu nunggu lama-lama lagi, langsung aja kita mulai Road to National Congress pt. 2 tentang Tips dan Trik Lolos Kaderasasi Pengurus Tahap Akhir Forum Komunikasi Mahasiswa Poltekkes Kemenkes se-Indonesia! Check this out!
Jadi guys, setelah lolos tahap administrasi bukan berarti hidup lu damai sentosa, ya. Justru hal terberatnya sudah di depan mata. Ya, Kongres Nasional itu sendiri! Tempat lu berjuang mendapatkan kursi dan bersaing dengan delegasi lain yang juga menginginkan tempat yang sama! Pertumpahan darah yang nyata! Hahaha... Bercanda. "Organisasi itu bukan kompetisi", kata seseorang yang juga punya nama besar di Poltekkes Kemenkes se-Indonesia. Yap, setuju. Ini soal memenangkan kepercayaan, karena organisasi tidak boleh berambisi untuk menang!
Hal yang paling penting di sini adalah, ketika orasi/ seleksi langsung di hadapan Nusantara dan Sekretaris Jenderal nanti, essay yang sudah kalian buat itu tydac akan banyak membantu kalian. Yes, baby, hadapilah dunia itu sendiri.
Have no fear, Kang Opel is here!
Tenang, kalian bisa memanfaatkan tulisan di bawah ini untuk membuat strategi menjelang Kongres Nasional nanti. Disimak baik-baik, ya. Jangan lupa kasih tahu teman yang lain!
1. Memiliki Track Record yang Baik di Internal
Sebetulnya ini syarat yang sangat mutlak untuk
mempermulus jalan lu menjadi pengurus di nasional. Jujur aja deh, kalian pasti
punya teman di organisasi internal baik itu senior atau junior yang kinerjanya minus
banget tapi ngambis buat jadi pengurus di organisasi nasional. Ada? Pasti banyak!
Saking banyaknya, sampai nggak kelihatan lagi mana yang track record-nya bagus dan yang track
record-nya minus sampai lapisan bumi paling bawah!
Mereka di internal disuruh rapat nggak datang,
tapi pas hari H acara tiba-tiba muncul kayak penunggu rawa-rawa. Alasan
segudang. Tugas nggak dikerjain. Tapi begitu ada proposal acara nasional, dia
yang paling berisik ngajuin itu ke rektorat. Booomm...! Ambisius! Gue mencium
bau orang pingin jalan-jalan nih kayaknya.
Tapi nasional semakin pintar sekarang. Saran aja
buat kalian semua yang baca (pengurus FORKOMPI atau bukan) agar lebih menyaring
dan menyeleksi lagi track record siapapun yang mendaftar kaderisasi. Tanyakan
secara personal kepada Presiden Mahasiswa atau rekan terkait di institusi
mereka masing-masing, bagaimana kinerja Si A atau Si B. Jika kalian punya track
record yang baik di internal, ini akan menjadi salah satu faktor kesuksesan
kalian mengambil kursi di Nasional. Kenapa? Karena dukungan berupa kesan
positif datang dari mana-mana. Asal kesan baiknya bukan tipu tipu aja, ya!
So, jangan takut untuk
memberikan keterangan asli bagaimana sikap dan kinerja si A atau si B di
internal. Antisipasi itu nggak ada ruginya. Daripada ditutup-tutupin nanti malu
sendiri. Contohnya udah banyak, sih. Mungkin kalian aja yang tydac tahu.
Hehehe...
2. Pilih jabatan yang masuk akal!
Gimana maksudnya? Gini, pernah suatu ketika di
sebuah acara nasional gue bertanya random ke delegasi (non pengurus) yang
datang. Kurang lebih kayak begini...
Gue : “mau ngambil jabatan apa di nasional?”
Idealis 1 : “Saya mau jadi sekjend, kang!”
Gue : “Ohhh...”
Gue tanya lagi dong ke yang lainnya.
Gue : “Mas, adiknya mau jadi apa di nasional?”
Idealis 2 : “ Dia kusiapkan buat jadi Sekjend!”
Gue : “Ohhh....”
Ternyata eh ternyata saudara-saudaraku sekalian,
jangankan jadi Sekretaris Jenderal, orang-orang itu langsung gagal, kalah di
orasi untuk jadi pengurus biasa! Jadi kemana mimpi besarnya tadi, ya? Apakah
hanya mimpi di siang bolong atau tong kosong nyaring bunyinya saja? Gue jadi bingung
sendiri.
Bro, maap-maap nih, poin ini bukan untuk
mematikan pikiran idealis, ambisi, atau motivasi kalian. Cuma yang gue ingin
tekankan di sini, emang lu udah ngapain
kok bisa ngimpi setinggi itu? Kalo kalian mau tahu, semua Sekretaris
Jenderal yang pernah menjabat enggak ada tuh yang ambisius di awal mau langsung
duduk manjah di atas puncak. Kami semua mulai dari bawah!
a. Irchas Eko Wilantara : Koordinator Daerah 2011/
2012 → Sekretaris Jenderal 2012/ 2013
b. Suswendy Eka Putra : Koordinator Kominfo 2012/ 2013 → Sekretaris Jenderal 2013/ 2014
c. Novel Firmansyah : Koordinator
Kominfo 2013/ 2014 → Sekretaris Jenderal 2014/
2015
d. Moch Reky Gumilar : Koordinator
Kominfo 2014/ 2015 → Sekretaris Jenderal
2015/ 2016
e. Dara Aza S : Koordinator Wilayah 3 2015/ 2016 → Sekretaris Jenderal 2016/ 2017
f. Rizcar Raditieas : Koordinator
PEMAS 2016/ 2017 → Sekretaris Jenderal 2017/
2018
Nah, jelas, kan? Semua itu ada pendakiannya dulu, dari dasar gunung baru ke
puncak gunung! Bukannya baru datang, nggak bawa bekal apa-apa, tiba-tiba pingin
sampai puncak. Salah! Itu namanya elu salah asuhan di internal. Nanti yang malu
siapa? Ya, elu sendiri!
To be honest, gue ketawa sih menyaksikan orang-orang yang kebelet
banget mengajukan sistem Calon Sekretaris
Jenderal itu bisa dari mana aja tanpa harus jadi pengurus dulu. Alasannya
apa? Karena sistem itu juga dianut organisasi nasional lain? Haha... Gue nggak
komentar, deh. Cuma bisa berpesan, emang berbahaya kalo ngandelin ambisi semata
tanpa melihat kapasitas, pengalaman dan pemahaman. Soale risikonya besar, bung!
Sekarang lihat
kapasitas diri lu sendiri dulu. Apa iya sanggup ngambil jabatan tinggi kayak
Koordinator Bidang atau Koordinator Wilayah? Bandingkan dengan pembagian waktu
yang lu punya. Gimana akademik lu kalo lu ngambil jabatan tinggi yang nanti
bikin lu sibuk? Itu harus dipikirin! Jangan kebanyakan mau tapi nggak sesuai
kapasitas. Jangan kebanyakan gaya kalo akhirnya nanti lu nggak bisa. Yang
ideal-ideal aja. Yang penting kerjaan beres, senior dan alumni bangga,
institusi lu namanya tetap baik dan lu punya nama yang baik pula di nasional!
3. Pahami Jabatan yang Dipilih!
Ini dia, satu hal yang nggak kalah penting. Maunya jabatan tinggi, tapi
nggak ngerti apa yang harus dikerjain. Yang penting apa? Yang penting eksis
bosque ~
Serius, nggak jarang gue temui orang-orang yang nyalon jadi pengurus itu
nggak ngerti gimana kerjaan mereka nantinya. Contohnya begini , anggaplah Si A
mau jadi Koordinator Bidangm lalu dia orasi di depan Sekretaris Jenderal...
“Saya akan bersungguh-sungguh menjalankan tugas saya, meski saat ini saya
belum mengerti betul tupoksi saya, tapi saya akan belajar dan terus belajar...”
FATAL.
Mungkin maksud si A mau humble,
merendah gitu, ya. Tapi dia salah tempat. Yang namanya lagi mempromosikan diri,
ya lu harus ‘jual diri’ lu sebaik-baiknya. Kalo maksud lu mau humble dengan merendah agar orang lain
terkesima ya elu salah banget! Gue nggak mengajarkan sombong, tapi lu sebagai
anak organisasi harusnya paham gimana mempromosikan diri lu, bagaimana
memberikan kesan kalo lu udah memahami dan memiliki pengetahuan yang layak
untuk anggota bidang lu nantinya!
Ini bukan cerita komik yang semua-semua berjalan sesuai keingin pemeran
utamanya.
Jadi pernah ada kejadian seorang Koordinator Bidang di salah satu periode itu
jarang ikut rapat sama anggota bidang wilayahnya. Nyusun progja juga nggak
ikut. Munculnya juga jarang-jarang. Pas ditanya kenapa, jawabannya “Saya berpikir kalo anak-anak saya lebih
pintar dari saya, jadi saya serahkan saja ke mereka”
Aneh, kan? Koordinatornya ngerasa nggak lebih pintar dari anggotanya? Ini
dunia udah jungkir balik apa gimana, sih? Akibat ambisius sama jabatan tinggi
tapi nggak paham sama tupoksi, semuanya jadi berantakan. Padahal, bidang-bidang
dan semua posisi yang ada saat ini merupakan struktur resapan yang sudah ada
dari periode sebelumnya, hanya sudah dimodifikasi saja. Otomatis, kalian bisa belajar ke almuni-alumni yang
pernah menjadi pengurus di divisi yang kalian inginkan untuk menambah ilmu dan
pemahaman yang lebih baik lagi. Gampang, kan? Emangnya kepada siapa lagi kalian
mencari ilmu kalo bukan ke orang-orang yang sudah menjalaninya lebih dulu?
4. Inovasi atau Mati!
Saat orasi nanti di depan Sekretaris Jenderal, ada baiknya lu nyiapin
inovasi untuk jabatan yang lu pilih. Yes,
apalah artinya lu ada di situ tapi pikiran lu nggak lebih maju dari pengurus
sebelumnya. Apapun itu, sekecil apapun, inovasi tetap sebuah inovasi. Buah
pikiran murni yang pasti bakal dihargai.
Kaderisasi jelas untuk mencari SDM yang lebih baik, bukannya malah
mengalami kemunduran atau stuck ditempat.
Organisasi lu butuh berkembang, butuh yang namanya naik ke level yang lebih
tinggi. Jadi mulai sekarang siapkan
semua yang lu rencanakan untuk kedepannya, tanya ke semua pihak yang pernah
menjabat di posisi yang lu mau. Apa kurangnya? Apa yang harus dirubah? Gimana
prosesnya? Pikirkan jalan keluarnya! Itu namanya inovasi!
5. Punya nyali untuk bersaing!
Ada nih, orang mau ngambil jabatan tapi pas disuruh orasi di depan
Sekretaris Jenderal malah leyeh-leyeh, ngomongnya gagap, belom lagi pas tahu
lawannya punya public speaking yang
bagus, nyalinya langsung ciut!
Fix, kamu belum baca tips Public Speaking ala Kang Opel klik disini juragan!
Selain public speaking yang baik,
bahasa tubuh dan intonasi juga penting. Maksud gue, jangan belum apa-apa lu
udah gemeteran duluan. Apalagi cengar cengir nggak jelas, mata kemana-kemana
nggak fokus, duh! Yang model begini kalo keterima jadi pengurus terus LPJ-an
lalu dihantam sama Nusantara bisa-bisa nangis nanti. Apa? Gue terlalu
berlebihan? Bro, udah banyak pengurus yang habis LPJ-an nangis di belakang. Elu
kagak tahu aja. Tahunya mengkritisi aja, sih. Cobain jadi pengurus, bro!
Hahaha...
So, sebelum lu LPJ-an, mental lu diuji dulu di orasi calon
pengurus ini. Inget, yang tegas, fokus, jawab apa adanya, tepat sasaran, kasih
inovasi, jangan cemberut, jangan gemetar, jangan terbata-bata! Kalian sedang
mencoba meyakinkan Nusantara dan Orang Nomor Satu di Organisasi Nasional.
Hadapi dengan jiwa yang kuat!
6. Berkelakuan Baik Sepanjang Acara
Yang terakhir dan nggak kalah penting adalah jaga sikap dan kelakuanmu
sepanjang acara berlangsung. Gimana caranya?
5 Don't
1. Jangan sombong ngomong kesana kemari mau ambil jabatan ini dan itu
2. Jangan ribet di sidang tata tertib dengan interupsi tanda baca yang nggak
penting
3. Jangan menjelek-jelekan delegasi yang juga menginginkan jabatan yang sama
4. Jangan emosi selama sidang, jangan nyolot, jangan ngotot, jangan banyak
ngeluh
5. JANGAN TIDUR SELAMA DI RUANG SIDANG!
5 Do
1. Berbaur dengan siapa saja baik itu pengurus atau delegasi lain
2. Dekati pengurus, tanya banyak hal, diskusi dengan mereka
3. Selalu keluarkan ide-ide positif dan kreatif selama persidangan dan sidang
komisi
4. Apresiasi LPJ pengurus sebelum mengkritik atau mengevaluasi mereka
5. Senyum, sopan, santun, salam dan sapa.